Jumat, 26 Desember 2014

MA'RIFATUL ISLAM


Memahami lebih dalam hakikat Islam sebagai agama yang membawa misi keselamatan dunia dan akhirat dengan bangunan sistemnya yang komprehensif dan universal
  
A. Pengertian Islam
1. Islam Menurut Bahasa
Islama secara etimologis berasal dari bahasa Arab, salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk kata aslama-yuslimu-islam (اسلم – يسلم –اسلام) yang artinya inqad (berserah diri, tunduk, patuh dan ta'at. Maksudnya kepatuhan dan ketundukan yang ditunjukkan kepada Allah swt.
Kata Islam jika dikaitkan dengan asal katanya Islam, dalam al-Qur'an  dijumpai beberapa pengertian;
a.       Aslama (أَسْلَمَ) yang berarti menundukkan wajah.
Kata ini mengandung makna bahwa orang yang menyatakan dirinya beragama Islam senantiasa tunduk terhadap aturan agama dan taat melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Kata ini terdapat di antaranya Q.S. An-Nisa (4) ayat 125
وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا

Artinya : Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menundukkan wajahnya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.
                Abu Ja’far At-Thabary menafsirkan ayat ini dengan indah bahwa, siapakah yang paling baik jalannya, dan paling lurus tuntunannya selain orang yang menundukkan wajahnya sebagai wujud penyerahan diri kepada Allah, ia terpimpin kepada-Nya di dalam ketaatan, membenarkan Nabi Allah Muhammad saw serta apa yang dibawa dari Tuhannya. Senantiasa mengerjakan apa yang diperintahkan Tuhannya, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram (al-Tabari, 2000 : 98)    

b.      Aslama (أَسْلَمَ) yang berarti berserah diri.
Kata ini mengandung arti bahwa orang yang memeluk Islam secara ikhlas  menyerahkan jiwa dan raganya secara totalitas kepada Allah SWT. Kata ini dijumpai dalam Q.S. Ali Imran (3) : 83
أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
Artinya : Apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, Padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.




c.       Salim (سَلِيمٍ) Suci/bersih.
Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang suci dan bersih, yang menjadikan para pemeluknya untuk hidup bersih. Bersih lahir dan batin. Bersih secara lahiriah adalah bersihnya badan dari najis atau kebersihan lingkungan, sedangkan bersih secara batiniah adalah bersihnya hati dari dosa dan penyakit hati seperti iri, dengki, sombong dan penyakit hati lainnya. Dalam Q.S. As-Syu’ara (26) : 88-89
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ  * إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Artinya : hari (akhirat) tiada lagi bermanfaat harta dan anak-anak. Kecuali siapa yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih

d.      Salam (سَلَامٌ) selamat dan sejahtera.
Dari kata ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama selamat dan menyelamatkan. Selamat artinya agama yang diridhai Allah dan terjaga keberadaannya hingga akhir zaman. Menyelamatkan artinya agama yang memberi jaminan keselamatan dan kesejahteraan kepada seluruh umat manusia di dunia dan di akhirat. Kata salam terdapat dalam Q.S. Al-An’am (6) : 54
َإِذَا جَاءَكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِآَيَاتِنَا فَقُلْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ
Artinya : Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu data kepadamu, Maka katakanlah: "Salaamun alaikum[Mudah-mudahan Allah melimpahkan Kesejahteraan atas kamu. Tuhanmu telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang

e.       Al-salam (السَّلْمِ) Kedamaian.
Islam sebagai agama yang diturunkan Allah swt kepada seluruh umat manusia, salah satu misi utamanya adalah menciptakan kedamaian. Islam adalah agama damai. Sebab itu, Islam menentang keras perselisihan, pertengkaran, dan perpecahan. Kata al-salam ditemukan pada Q.S. Muhammad (47) : 35    
فَلَا تَهِنُوا وَتَدْعُوا إِلَى السَّلْمِ وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ وَاللَّهُ مَعَكُمْ وَلَنْ يَتِرَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
Artinya : Janganlah kamu lemah dan minta damai Padahal kamulah yang di atas dan  Allah pun bersamamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amalmu.
Dari kelima arti Islam secara kebahasaan di atas, dapat dipahami bahwa Islam selamanya bermakna kebaikan. Kebaikan yang agung karena bersifat universal. Tidak hanya untuk dinikmati diri pribadi seseorang, tetapi juga orang lain. Kebaikan tersebut bukan hanya untuk komunitas dan kelompok tertentu, tetapi kepada seluruh ummat manusia. Inilah arti kebaikan yang rahmatan lil ‘alamin (kasih sayang untuk seluruh alam).
Kelima arti Islam ini merepresentasikan nilai-nilai kesalehan secara sempurna yang meliputi  kesalehan individu dan keshalehan sosial secara integratif. Islam mengajarkan kepada kita arti penting perserahan diri secara totalitas kepada Allah Yang Maha Kuasa, perserahan diri yang berarti tiada daya dan kekuatan yang dimiliki selain kekuatan Allah swt. Selanjutnya tunduk dan patuh secara bulat terhadap perintah Allah swt selaku hamba-Nya. Dengan taat dan patuh kepada Allah swt, menyerahkan segala urusan kepada-Nya maka akan membawa kepada kedamaian hati dan ketenteraman jiwa. Pada sisi yang lain Islam menekankan pentingnya menjaga kebersamaan mencegah permusuhan demi terwujudnya kedamaian bersama yang selanjutnya akan mengantarkan kepada keselamatan di dunia dan di akhirat.
2. Makna Islam menurut Istilah
                Secara terminologis Islam menurut istilahnya adalah ketundukan terhadap perintah Allah dan larangan-Nya melalui lisan wahyu. Siapa menundukkan hati dan wajahnya kepada Allah swt, tunduk dalam ketaatan dan taat melaksanakan perintah-Nya maka disebut Muslim. Dalam terminologi ini, Islam adalah agama semua Nabi dan Rasul dari Nabi Adam a.s. hingga Nabi Muhammad saw.
Semua Nabi dan Rasul membawa pokok ajaran yang sama yaitu ajaran tauhid (la ila illa Allah). Ajaran tauhid ini merupakan titik temu keislaman para Nabi dan Rasul. Hanya saja syariat setiap Nabi dan Rasul berbeda satu sama lain. Syariat Musa a.s. berbeda dengan Nabi Nuh a.s., Nabi Isa a.s. dan berbeda pula dengan syariat Nabi Muhammad saw.
                Islam mencakup seluruh aspek agama, ‘aqidah, ibadah, keyakinan, perkataan dan perbuatan. Sebab itu berislam berarti meyakini dengan hati, mengakui dengan lisan dan berserah diri kepada Allah swt atas semua yang telah ditentukan. sebagaimana firman Allah swt Q.S. al-Baqarah: 131
إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
Artinya : (Ingatlah) ketika Rabb-nya berfirman kepadanya (Ibrahim), ‘Berserahdirilah!’ Dia menjawab: ‘Aku berserah diri kepada Rabb seluruh alam.
                Rasulullah saw ketika ditanya tentang Islam, ia memberikan jawaban yang berbeda-beda. Talhah bin Ubidillah berkata; seseorang datang kepada Rasulullah saw dan bertanya tentang Islam. Lantas Rasulullah saw mengatakan bahwa Islam itu adalah shalat lima waktu siang dan malam. Ia ditanya, apakah ada selainnya ?. Ia menjawab; tidak ! kecuali kamu menunaikan yang sunnat dan beliau juga menyebutkan kepadanya zakat. Laki-laki bertanya lagi, apakah ada selain hal itu? Beliau menjawab; tidak ada kecuali kamu menunaikan yang sunnat. Rasulullah kemudian meninggalkannya dan berkata; aku tidak akan menambah dan menguranginya lagi, maka beruntunglah orang yang menpercayainya. Dari hadis ini dipahami bahwa Islam adalah shalat lima waktu.
Mua’wiyah bin Haedah pernah berkata; sesungguhnya aku bertanya kepadamu dengan wajah Allah dengan apa Allah mengutusmu kepada kami? Beliau berkata; dengan Islam. Aku bertanya lagi; dan apa tanda-tanda Islam? Beliau berkata ; kamu katakan! Aku menyerahkan diri kepada Allah semata, kemudian menunaikan shalat dan mengeluarkan zakat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Islam adalah ketundukan dan ketaatan kepada Allah swt dengan melaksanakan segala perintah-Nya seperti shalat, puasa, zakat, haji, senantiasa mengesakan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, serta berserah diri kepada-Nya dalam segala urusan dan keputusan.

B. Rukun Islam
                Islam dibangun di atas lima pilar utama yang disebut dengan rukun Islam. Kelima rukun tersebut adalah; mengucapkan dua kalimat syahadat, menunaikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa bulan ramadhan dan naik haji. Kelima rukun Islam ini berdasarkan hadis Nabi saw; 
عَنْ عَبْدِ الله بن عُمَر بن الخَطَّاب رَضِيَ اللهُ تعالى عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِه وَسَلّمِ يَقُوْلُ : بُنِي الإِسْلامُ عَلى خَمْس : شَهَادَةِ أَنْ لا إَلَهَ إِلّا اللهُ وَأَنّ مُحَمّدًا رَسُولُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيْتَاءِ الزَكَاةِ وَحَجِّ الَبْيتِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ ] رواه البخاري ومسلم
Artinya: dari Abdullah bin Umar ra. Berkata; saya mendengar Rasulullah saw bersabda: Islam dibangun di atas lima pilar; bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul-Nya, menunaikan shalat, mengeluarkan zakat, naik haji ke biatullah dan berpuasa bulan ramadhan.
                Kelima rukun Islam saling terkait satu sama lain dan tidak bisa dipisahkan baik dalam keyakinan maupun dalam pengamalannya. berislam tidak hanya cukup mengucapkan dua kalimat syahadat, tetapi wajib diikuti dengan melaksanakan shalat wajib lima waktu, berzakat, berpuasa dan naik haji jika mampu.
                Kalimat syahadat yang kita ucapkan mengandung tiga makna; iqrar (pengakuan atau pernyataan sikap), qasam (sumpah), dan misaq (janji). Ketika kita mengucapkan kalimat syahadat tiada tuhan selain Allah, itu artinya kita sedang membuat pengakuan di hadapan Allah, bersumpah dan membuat janji dengan-Nya untuk senantiasa menyembah dan beribadah kepada-Nya, menjauhi syirik dengan segala bentuknya. Pengakuan yang dibangun, sumpah yang dinyatakan dan janji yang disampaikan berisi keyakinan penuh bahwa; Allahlah yang memberi rezeki sehingga wajib bersyukur kepada-Nya, Allahlah yang Maha Penolong sehingga hanya kepada-Nya memohon pertolongan, Allahlah pemilik segalanya sehingga hanya kepada-Nya meminta, tiada musibah yang terjadi kecuali atas kehendak-Nya sehingga wajib bersabar atas perintah-Nya, tiada yang mampu menghalangi apa yang dikehendaki dan tiada pula yang sanggup memberi sesuatu apa yang tidak dikehendakinya sehingga hanya kepada-Nya berserah diri atas segala urusan hidup dan mati.            
                Kalimat syahadat yang kedua, Muhammad adalah rasul-Nya adalah pengakuan, sumpah dan janji diri untuk menjadikan Muhammad saw sebagai uswah (panutan) dalam kehidupan. Berislam sesuai sunnahnya, berbuat sesuai manhaj yang digariskannya. 
                Pembuktian dalam karya nyata dari syahadat yang diurai dalam bahasa lisan adalah dengan menunaikan shalat lima waktu. Shalat berada di posisi kedua dari rukun Islam menunjukkan bahwa shalat adalah ibadah wajib yang sangat menentukan keabsahan keislaman seseorang.
                Rasulullah saw telah menyatakan bahwa siapa yang meninggalkan shalat dengan sengaja, ia telah kafir secara nyata.
عَنْ بُرَيْدَةَ بْنِ الْحَصِيبِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ :« الْعَهْدُ الَّذِى بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
Artinya: Dari Buraidah bin al-Husaib bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir. H.R. Ibn Majah, al-Nasai, al-Baihaqy, Ibn Hibban
Pada sabdanya yang lain dikatakan bahwa perbedaan antara Muslim dengan kafir adalah shalatnya.
عَنْ جَابِر يَقُولُ سَمِعْتُ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ «إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلاَةِ»  
Artinya: Dari Jabir berkata: Rasulullah saw bersabda: “(Pembatas) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat. H.R. Muslim
                Dalam al-Qur'an  orang yang bermasalah shalatnya diancam dengan neraka tempat kembalinya. Orang yang tidak melaksanakan shalat tempat kembalinya adalah neraka saqar dan orang yang melalaikan shalatnya ancamannya adalah neraka Wail.
                Pembuktian berikutnya dari syahadat yang diucapkan adalah zakat. Mengeluarkan zakat dari harta yang dimiliki setelah mememenuhi syarat dan ketentuanya adalah kewajiban yang tidak bisa ditawar dan ditunda.  Abu Bakar al-Siddiq ketika menjadi khalifah umat Islam, menyatakan perang terbuka kepada orang yang enggan membayar zakat meskipun. Demikian pula puasa ramadhan dan haji adalah pembuktian diri secara nyata dari persaksian diri di hadapan Allah dalam bahasa syahadat.

C. Islam Agama Universal
Menurut Abu A’la Al-Maududi dalam bukunya Cara Hidup Islam (tt:3) menggambarkan bahwa ciri utama ajaran Islam tidak membenarkan suatu pertentangan dan juga pemisahan antara kehidupan ruhani dengan kehidupan duniawi. Islam tidak membatasi dirinya untuk membina ketinggian kerohanian dan akhlaq semata. Sesungguhnya ruang lingkup yang dikemukakannya mencakup semua bidang kehidupan manusia.
Universalitas artinya mencakup segala aspek dan urusan kehidupan manusia. Islam tidak hanya berbicara tentang akhirat, tetapi juga tentang dunia. Islam tidak hanya berbicara dimensi ruhiyah semata sehingga ia terbang ke langit, tetapi juga berbicara tentang realitas dan berpijak di bumi. Islam berbicara tentang hubungan hamba dengan Tuhannya, juga hubungannya dengan sesama hamba Allah. Islam berbicara tentang ibadah mahdhah seperti shalat, puasa ataupun zakat juga berbicara tentang ekonomi, sosial, kesehatan maupun politik.
Universalias merupakan salah satu karakter Islam yang sangat istimewa jika dibandingkan dengan syariat agama dan tatanan buatan manusia. Tiada seorang pun yang meragukannya kecuali orang yang ingkar, sombong, atau mereka yang tidak memahami Islam dengan pemahaman benar
Universalitas Islam berarti memiliki jangkauan yang panjang sehingga berlaku sepanjang zaman. Mempunyai jangkauan yang sangat lebar sehingga berlaku bagi seluruh umat manusia, serta mempunyai jangkauan yang sangat dalam sehingga mencakup seluruh urusan dunia dan akhirat. Islam adalah akidah, Islam adalah akhlak, Islam adalah kesehatan, Islam adalah ekonomi, Islam adalah politik.

D. Muslim yang Ideal
                Muslim yang baik adalah muslim yang berusaha tampil menjadi yang terbaik dalam kebaikannya. Tiada kata lelah dalam berusaha, tiada kata henti dalam berbuat, tiada kata putus asa dalam bertindak, tiada kata berakhir dalam bekerja. Terus bekerja dan berbuat, terus beramal dan berkomopotisi dalam kebaikan. Kompotisi dalam kebaikan merupakan perintah Allah swt. Kompotisi dalam kebaikan dengan sendirinya akan menghasilkan pribadi-pribadi Muslim yang ideal dunia dan akhirat.
                Ada sepuluh standar sosok pribadi Muslim yang ideal
1.        Memiliki kualitas akidah yang lurus
2.       Melaksanakan ibadah dengan baik dan benar
3.       Memiliki moralitas Islam yang mulia
4.      Memiliki fisik kuat dan sehat jasmani
5.       Berilmu dalam berwawasan luas
6.       Memiliki kemampuan pengaturan urusan dengan baik
7.       Sangat menghargai waktunya hanya untuk kebaikan
8.       Mandiri dalam berusaha
9.       Memiliki militansi diri dalam setiap tindakan
10.    Memberi manfaat kepada orang lain.   
Sepuluh aspek di atas merupakan karakteristik pribadi Muslim yang ideal. Siapa pun yang mampu mewujudkan dalam dirinya, maka ia mampu melaksanakan tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah di atas bumi. Siapa pun yang mampu menunaikannya maka ia akan mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. 

š 

Memahami lebih dalam hakikat Islam sebagai agama yang membawa misi keselamatan dunia dan akhirat dengan bangunan sistemnya yang komprehensif dan universal
  
A. Pengertian Islam
1. Islam Menurut Bahasa
Islama secara etimologis berasal dari bahasa Arab, salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk kata aslama-yuslimu-islam (اسلم – يسلم –اسلام) yang artinya inqad (berserah diri, tunduk, patuh dan ta'at. Maksudnya kepatuhan dan ketundukan yang ditunjukkan kepada Allah swt.
Kata Islam jika dikaitkan dengan asal katanya Islam, dalam al-Qur'an  dijumpai beberapa pengertian;
a.       Aslama (أَسْلَمَ) yang berarti menundukkan wajah.
Kata ini mengandung makna bahwa orang yang menyatakan dirinya beragama Islam senantiasa tunduk terhadap aturan agama dan taat melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Kata ini terdapat di antaranya Q.S. An-Nisa (4) ayat 125
وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا

Artinya : Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menundukkan wajahnya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.
                Abu Ja’far At-Thabary menafsirkan ayat ini dengan indah bahwa, siapakah yang paling baik jalannya, dan paling lurus tuntunannya selain orang yang menundukkan wajahnya sebagai wujud penyerahan diri kepada Allah, ia terpimpin kepada-Nya di dalam ketaatan, membenarkan Nabi Allah Muhammad saw serta apa yang dibawa dari Tuhannya. Senantiasa mengerjakan apa yang diperintahkan Tuhannya, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram (al-Tabari, 2000 : 98)    

b.      Aslama (أَسْلَمَ) yang berarti berserah diri.
Kata ini mengandung arti bahwa orang yang memeluk Islam secara ikhlas  menyerahkan jiwa dan raganya secara totalitas kepada Allah SWT. Kata ini dijumpai dalam Q.S. Ali Imran (3) : 83
أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
Artinya : Apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, Padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.




c.       Salim (سَلِيمٍ) Suci/bersih.
Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang suci dan bersih, yang menjadikan para pemeluknya untuk hidup bersih. Bersih lahir dan batin. Bersih secara lahiriah adalah bersihnya badan dari najis atau kebersihan lingkungan, sedangkan bersih secara batiniah adalah bersihnya hati dari dosa dan penyakit hati seperti iri, dengki, sombong dan penyakit hati lainnya. Dalam Q.S. As-Syu’ara (26) : 88-89
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ  * إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Artinya : hari (akhirat) tiada lagi bermanfaat harta dan anak-anak. Kecuali siapa yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih

d.      Salam (سَلَامٌ) selamat dan sejahtera.
Dari kata ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama selamat dan menyelamatkan. Selamat artinya agama yang diridhai Allah dan terjaga keberadaannya hingga akhir zaman. Menyelamatkan artinya agama yang memberi jaminan keselamatan dan kesejahteraan kepada seluruh umat manusia di dunia dan di akhirat. Kata salam terdapat dalam Q.S. Al-An’am (6) : 54
َإِذَا جَاءَكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِآَيَاتِنَا فَقُلْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ
Artinya : Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu data kepadamu, Maka katakanlah: "Salaamun alaikum[Mudah-mudahan Allah melimpahkan Kesejahteraan atas kamu. Tuhanmu telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang

e.       Al-salam (السَّلْمِ) Kedamaian.
Islam sebagai agama yang diturunkan Allah swt kepada seluruh umat manusia, salah satu misi utamanya adalah menciptakan kedamaian. Islam adalah agama damai. Sebab itu, Islam menentang keras perselisihan, pertengkaran, dan perpecahan. Kata al-salam ditemukan pada Q.S. Muhammad (47) : 35    
فَلَا تَهِنُوا وَتَدْعُوا إِلَى السَّلْمِ وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ وَاللَّهُ مَعَكُمْ وَلَنْ يَتِرَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
Artinya : Janganlah kamu lemah dan minta damai Padahal kamulah yang di atas dan  Allah pun bersamamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amalmu.
Dari kelima arti Islam secara kebahasaan di atas, dapat dipahami bahwa Islam selamanya bermakna kebaikan. Kebaikan yang agung karena bersifat universal. Tidak hanya untuk dinikmati diri pribadi seseorang, tetapi juga orang lain. Kebaikan tersebut bukan hanya untuk komunitas dan kelompok tertentu, tetapi kepada seluruh ummat manusia. Inilah arti kebaikan yang rahmatan lil ‘alamin (kasih sayang untuk seluruh alam).
Kelima arti Islam ini merepresentasikan nilai-nilai kesalehan secara sempurna yang meliputi  kesalehan individu dan keshalehan sosial secara integratif. Islam mengajarkan kepada kita arti penting perserahan diri secara totalitas kepada Allah Yang Maha Kuasa, perserahan diri yang berarti tiada daya dan kekuatan yang dimiliki selain kekuatan Allah swt. Selanjutnya tunduk dan patuh secara bulat terhadap perintah Allah swt selaku hamba-Nya. Dengan taat dan patuh kepada Allah swt, menyerahkan segala urusan kepada-Nya maka akan membawa kepada kedamaian hati dan ketenteraman jiwa. Pada sisi yang lain Islam menekankan pentingnya menjaga kebersamaan mencegah permusuhan demi terwujudnya kedamaian bersama yang selanjutnya akan mengantarkan kepada keselamatan di dunia dan di akhirat.
2. Makna Islam menurut Istilah
                Secara terminologis Islam menurut istilahnya adalah ketundukan terhadap perintah Allah dan larangan-Nya melalui lisan wahyu. Siapa menundukkan hati dan wajahnya kepada Allah swt, tunduk dalam ketaatan dan taat melaksanakan perintah-Nya maka disebut Muslim. Dalam terminologi ini, Islam adalah agama semua Nabi dan Rasul dari Nabi Adam a.s. hingga Nabi Muhammad saw.
Semua Nabi dan Rasul membawa pokok ajaran yang sama yaitu ajaran tauhid (la ila illa Allah). Ajaran tauhid ini merupakan titik temu keislaman para Nabi dan Rasul. Hanya saja syariat setiap Nabi dan Rasul berbeda satu sama lain. Syariat Musa a.s. berbeda dengan Nabi Nuh a.s., Nabi Isa a.s. dan berbeda pula dengan syariat Nabi Muhammad saw.
                Islam mencakup seluruh aspek agama, ‘aqidah, ibadah, keyakinan, perkataan dan perbuatan. Sebab itu berislam berarti meyakini dengan hati, mengakui dengan lisan dan berserah diri kepada Allah swt atas semua yang telah ditentukan. sebagaimana firman Allah swt Q.S. al-Baqarah: 131
إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
Artinya : (Ingatlah) ketika Rabb-nya berfirman kepadanya (Ibrahim), ‘Berserahdirilah!’ Dia menjawab: ‘Aku berserah diri kepada Rabb seluruh alam.
                Rasulullah saw ketika ditanya tentang Islam, ia memberikan jawaban yang berbeda-beda. Talhah bin Ubidillah berkata; seseorang datang kepada Rasulullah saw dan bertanya tentang Islam. Lantas Rasulullah saw mengatakan bahwa Islam itu adalah shalat lima waktu siang dan malam. Ia ditanya, apakah ada selainnya ?. Ia menjawab; tidak ! kecuali kamu menunaikan yang sunnat dan beliau juga menyebutkan kepadanya zakat. Laki-laki bertanya lagi, apakah ada selain hal itu? Beliau menjawab; tidak ada kecuali kamu menunaikan yang sunnat. Rasulullah kemudian meninggalkannya dan berkata; aku tidak akan menambah dan menguranginya lagi, maka beruntunglah orang yang menpercayainya. Dari hadis ini dipahami bahwa Islam adalah shalat lima waktu.
Mua’wiyah bin Haedah pernah berkata; sesungguhnya aku bertanya kepadamu dengan wajah Allah dengan apa Allah mengutusmu kepada kami? Beliau berkata; dengan Islam. Aku bertanya lagi; dan apa tanda-tanda Islam? Beliau berkata ; kamu katakan! Aku menyerahkan diri kepada Allah semata, kemudian menunaikan shalat dan mengeluarkan zakat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Islam adalah ketundukan dan ketaatan kepada Allah swt dengan melaksanakan segala perintah-Nya seperti shalat, puasa, zakat, haji, senantiasa mengesakan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, serta berserah diri kepada-Nya dalam segala urusan dan keputusan.

B. Rukun Islam
                Islam dibangun di atas lima pilar utama yang disebut dengan rukun Islam. Kelima rukun tersebut adalah; mengucapkan dua kalimat syahadat, menunaikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa bulan ramadhan dan naik haji. Kelima rukun Islam ini berdasarkan hadis Nabi saw; 
عَنْ عَبْدِ الله بن عُمَر بن الخَطَّاب رَضِيَ اللهُ تعالى عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِه وَسَلّمِ يَقُوْلُ : بُنِي الإِسْلامُ عَلى خَمْس : شَهَادَةِ أَنْ لا إَلَهَ إِلّا اللهُ وَأَنّ مُحَمّدًا رَسُولُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيْتَاءِ الزَكَاةِ وَحَجِّ الَبْيتِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ ] رواه البخاري ومسلم
Artinya: dari Abdullah bin Umar ra. Berkata; saya mendengar Rasulullah saw bersabda: Islam dibangun di atas lima pilar; bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul-Nya, menunaikan shalat, mengeluarkan zakat, naik haji ke biatullah dan berpuasa bulan ramadhan.
                Kelima rukun Islam saling terkait satu sama lain dan tidak bisa dipisahkan baik dalam keyakinan maupun dalam pengamalannya. berislam tidak hanya cukup mengucapkan dua kalimat syahadat, tetapi wajib diikuti dengan melaksanakan shalat wajib lima waktu, berzakat, berpuasa dan naik haji jika mampu.
                Kalimat syahadat yang kita ucapkan mengandung tiga makna; iqrar (pengakuan atau pernyataan sikap), qasam (sumpah), dan misaq (janji). Ketika kita mengucapkan kalimat syahadat tiada tuhan selain Allah, itu artinya kita sedang membuat pengakuan di hadapan Allah, bersumpah dan membuat janji dengan-Nya untuk senantiasa menyembah dan beribadah kepada-Nya, menjauhi syirik dengan segala bentuknya. Pengakuan yang dibangun, sumpah yang dinyatakan dan janji yang disampaikan berisi keyakinan penuh bahwa; Allahlah yang memberi rezeki sehingga wajib bersyukur kepada-Nya, Allahlah yang Maha Penolong sehingga hanya kepada-Nya memohon pertolongan, Allahlah pemilik segalanya sehingga hanya kepada-Nya meminta, tiada musibah yang terjadi kecuali atas kehendak-Nya sehingga wajib bersabar atas perintah-Nya, tiada yang mampu menghalangi apa yang dikehendaki dan tiada pula yang sanggup memberi sesuatu apa yang tidak dikehendakinya sehingga hanya kepada-Nya berserah diri atas segala urusan hidup dan mati.            
                Kalimat syahadat yang kedua, Muhammad adalah rasul-Nya adalah pengakuan, sumpah dan janji diri untuk menjadikan Muhammad saw sebagai uswah (panutan) dalam kehidupan. Berislam sesuai sunnahnya, berbuat sesuai manhaj yang digariskannya. 
                Pembuktian dalam karya nyata dari syahadat yang diurai dalam bahasa lisan adalah dengan menunaikan shalat lima waktu. Shalat berada di posisi kedua dari rukun Islam menunjukkan bahwa shalat adalah ibadah wajib yang sangat menentukan keabsahan keislaman seseorang.
                Rasulullah saw telah menyatakan bahwa siapa yang meninggalkan shalat dengan sengaja, ia telah kafir secara nyata.
عَنْ بُرَيْدَةَ بْنِ الْحَصِيبِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ :« الْعَهْدُ الَّذِى بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
Artinya: Dari Buraidah bin al-Husaib bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir. H.R. Ibn Majah, al-Nasai, al-Baihaqy, Ibn Hibban
Pada sabdanya yang lain dikatakan bahwa perbedaan antara Muslim dengan kafir adalah shalatnya.
عَنْ جَابِر يَقُولُ سَمِعْتُ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ «إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلاَةِ»  
Artinya: Dari Jabir berkata: Rasulullah saw bersabda: “(Pembatas) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat. H.R. Muslim
                Dalam al-Qur'an  orang yang bermasalah shalatnya diancam dengan neraka tempat kembalinya. Orang yang tidak melaksanakan shalat tempat kembalinya adalah neraka saqar dan orang yang melalaikan shalatnya ancamannya adalah neraka Wail.
                Pembuktian berikutnya dari syahadat yang diucapkan adalah zakat. Mengeluarkan zakat dari harta yang dimiliki setelah mememenuhi syarat dan ketentuanya adalah kewajiban yang tidak bisa ditawar dan ditunda.  Abu Bakar al-Siddiq ketika menjadi khalifah umat Islam, menyatakan perang terbuka kepada orang yang enggan membayar zakat meskipun. Demikian pula puasa ramadhan dan haji adalah pembuktian diri secara nyata dari persaksian diri di hadapan Allah dalam bahasa syahadat.

C. Islam Agama Universal
Menurut Abu A’la Al-Maududi dalam bukunya Cara Hidup Islam (tt:3) menggambarkan bahwa ciri utama ajaran Islam tidak membenarkan suatu pertentangan dan juga pemisahan antara kehidupan ruhani dengan kehidupan duniawi. Islam tidak membatasi dirinya untuk membina ketinggian kerohanian dan akhlaq semata. Sesungguhnya ruang lingkup yang dikemukakannya mencakup semua bidang kehidupan manusia.
Universalitas artinya mencakup segala aspek dan urusan kehidupan manusia. Islam tidak hanya berbicara tentang akhirat, tetapi juga tentang dunia. Islam tidak hanya berbicara dimensi ruhiyah semata sehingga ia terbang ke langit, tetapi juga berbicara tentang realitas dan berpijak di bumi. Islam berbicara tentang hubungan hamba dengan Tuhannya, juga hubungannya dengan sesama hamba Allah. Islam berbicara tentang ibadah mahdhah seperti shalat, puasa ataupun zakat juga berbicara tentang ekonomi, sosial, kesehatan maupun politik.
Universalias merupakan salah satu karakter Islam yang sangat istimewa jika dibandingkan dengan syariat agama dan tatanan buatan manusia. Tiada seorang pun yang meragukannya kecuali orang yang ingkar, sombong, atau mereka yang tidak memahami Islam dengan pemahaman benar
Universalitas Islam berarti memiliki jangkauan yang panjang sehingga berlaku sepanjang zaman. Mempunyai jangkauan yang sangat lebar sehingga berlaku bagi seluruh umat manusia, serta mempunyai jangkauan yang sangat dalam sehingga mencakup seluruh urusan dunia dan akhirat. Islam adalah akidah, Islam adalah akhlak, Islam adalah kesehatan, Islam adalah ekonomi, Islam adalah politik.

D. Muslim yang Ideal
                Muslim yang baik adalah muslim yang berusaha tampil menjadi yang terbaik dalam kebaikannya. Tiada kata lelah dalam berusaha, tiada kata henti dalam berbuat, tiada kata putus asa dalam bertindak, tiada kata berakhir dalam bekerja. Terus bekerja dan berbuat, terus beramal dan berkomopotisi dalam kebaikan. Kompotisi dalam kebaikan merupakan perintah Allah swt. Kompotisi dalam kebaikan dengan sendirinya akan menghasilkan pribadi-pribadi Muslim yang ideal dunia dan akhirat.
                Ada sepuluh standar sosok pribadi Muslim yang ideal
1.        Memiliki kualitas akidah yang lurus
2.       Melaksanakan ibadah dengan baik dan benar
3.       Memiliki moralitas Islam yang mulia
4.      Memiliki fisik kuat dan sehat jasmani
5.       Berilmu dalam berwawasan luas
6.       Memiliki kemampuan pengaturan urusan dengan baik
7.       Sangat menghargai waktunya hanya untuk kebaikan
8.       Mandiri dalam berusaha
9.       Memiliki militansi diri dalam setiap tindakan
10.    Memberi manfaat kepada orang lain.   
Sepuluh aspek di atas merupakan karakteristik pribadi Muslim yang ideal. Siapa pun yang mampu mewujudkan dalam dirinya, maka ia mampu melaksanakan tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah di atas bumi. Siapa pun yang mampu menunaikannya maka ia akan mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. 

š 

Rabu, 21 Oktober 2009

Membentuk Keluarga Sakinah

Kebahagiaan adalah keabadian. Ia tidak akan pernah pudar oleh waktu, lekang karena zaman, berkurang atau hilang karena perbedaan tempat. Ia sudah ada sejak hadirnya manusia, terus ada hingga sekarang, dan akan terus ada hingga waktu yang tak terbatas.
Kebahagiaan menjadi keniscayaan hidup manusia. Kemajuan yang telah dicapai manusia sekarang ini, tidak lain karena ingin meraih kebahagiaan. Manusia bekerja, berjuang, dan berkorban supaya bisa tersenyum bahagia. Sebuah ungkapan doa dan harap hidup bahagia pun selalu menemani hidup kaum muslimin. “rabbana aatina fiddunia hasanah wa fil akhirati hasanah waqina ‘azaban nar”
Perhatikanlah perjalanan kebahagiaan Maryam. Ia berbahagia saat telah lulus kuliah dengan predikat terbaik. Kemudian ia menemukan kembali kebahagiaan setelah diterima kerja di sebuah istansi dengan gaji besar. Kebahagiaan selanjutnya tak mampu lagi dibahasakan dengan kata-kata ketika ia telah duduk di pelaminan bersama seorang pria muslim taat yang menjadi impiannya. Kebahagiaannya pun hanya mampu dibahasakan dengan air mata di saat Allah menganugerahinya anak yang sehat. Kebahagiaannya terus berlanjut dengan kehadiran anak-anak yang ahli ibadah, sehat, kuat, cerdas, dan taat kepada kedua orangtuanya, hingga ia berhasil menikahkan semua anak-anaknyaa. Ia pun menjalani masa-masa indah penuh bahagia dalam kehidupan rumah tangga yang penuh ketenangan (sakinah), kecintaan (mawaddah), dan kasih sayang (rahmah). Lengkaplah sudah kebahagiaannya saat ia menemukan kebahagiaan yang haqiqi, puncak dai segaa kebahagiaan. Kebahagiaan yang menjadi harapan tertingginya, saat ia dipanggil Tuhannya yang Maha Rahman dengan panggilan indah, “wahai jiwa-jiwa yang tenang kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai, masuklah ke dalam kelompok hamba-hamba-Ku (yang selamat), dan masuklah ke dalam syurga-Ku. Q.S. Al-Fajr :28”

Kedudukan Wanita Muslimah sebelum Menikah
Setiap muslim memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah swt. Allah swt tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam melaksanakan amal shaleh. semuanya mempunyai hak yang sama dalam mencapai kebahagiaannya.
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Artinya :siapa yang melakukan amal shaleh baik laki-laki atau perempuan apabila ia beriman, maka kami akan menganugerahkan kepadanya kehidupan yang baik dan akan kami berikan balasan kepada mereka dengan balasan yang terbaik dari apa yang mereka telah kerjakan.
Q.S. An-Nahl :97
Walaupun manusia terlahir dan tercipta dengan perbedaan secara fisik, ras dan bahasa, tetapi perbedaan fisik tersebut tidaklah menjadi barometer perbedaan di hadapan Allah swt. Yang akan membedakan antara satu dengan yang lainnya hanyalah tingkat kebaikan yang telah dicapainya, dan ketaqwaan yang telah diraihnya.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.Q.S. Al-Hujurat : 13

Sebab itu manusia dituntut untuk terus berusaha mencapai kebaikannya yang tertinggi. “Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan (ayat)”, sesuai dengan kodrat dan tahapan kehidupan yang dijalaninya. Karena bagaimanapun kodrat laki-laki berbeda dengan kodrat perempuan. Sehingga ada kesalehan atau kebaikan yang dapat dilakukan bersama, tetapi ada juga kesalehan hanya diperuntukkan dan dapat ditunaikan oleh kaum perempuan saja, tidak dapat dilakukan oleh kaum laki-laki, dan demikian sebaliknya.
Hal tersebut tidak terlepas dari kedudukan kaum perempuan dan kaum laki-laki yang berbeda kodratnya, serta berbeda pula pada setiap tahapan kehidupan yang dijalaninya. Tidak akan sama tuntunan dan tuntutan kesalehan seseorang yang sudah menikah dengan yang belum menikah, yang sudah punya anak dengan yang belum punya. Tidak akan sama orang yang hanya baru sebatas anak dari kedua orangtuanya dengan ketika ia sudah menjadi seorang istri dari suaminya, dan ibu dari anak-anaknya.
Seorang wanita sebelum menikah memiliki dua kedudukan, Sebagai muslimah dan sebagai anak dari kedua orangtuanya.

1. Sebagai muslimah
Kehidupan wanita muslimah ketika ia belum menikah dipenuhi dengan keindahan. Menjadi kebiasaan yang harus baginya untuk memperindah dan mempercantik diri lahir dan bathin. Ia harus mampu menjaga dan merawatnya dengan baik dari segala hal yang dapat merusak kecantikan dirinya itu.
Wanita berkewajiban menjaga kesempurnaan ciptaan (dengan kecantikan dan keindahan diri) yang telah dianugerahkan hanya kepada manusia. “dan sungguh kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk. Q.S. At-Tin:4” Wanita wajib menjaga kemuliaan yang telah dianugerahkan Allah (hanya) kepada manusia, “dan sunggguh kami telah memuliakan anak cucu Adam”.
Cantik, indah mempesona, dan bersih diri menjadi ciri wanita muslimah. Betapa cantiknya wanita muslimah. Ia laksana bidadari, bahkan mengalahkan bidadari sehingga bidadari pun cemburu kepadanya. Padahal tahukah kita bagaimana cantiknya bidadari-bidadari surga, tapi mengapa mereka cemburu kepada wanita-wanita muslimah. Perhatikanlah ayat dan riwayat berikut
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي مَقَامٍ أَمِينٍ (*)فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ (*) يَلْبَسُونَ مِنْ سُنْدُسٍ وَإِسْتَبْرَقٍ مُتَقَابِلِينَ (*) كَذَلِكَ وَزَوَّجْنَاهُمْ بِحُورٍ عِينٍ(*)
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman, (yaitu) di dalam taman-taman dan mata-air-mata-air Mereka memakai sutera yang Halus dan sutera yang tebal, (duduk) berhadap-hadapan, Demikianlah. dan Kami berikan kepada mereka Hurin ‘in (bidadari yang bermata jeli) Q.S. Ad-Dukhan :51-54

Ummu Salamah (istri Rasulullah) bertanya : ya Rasulullah, jelaskanlah kepadaku firman Allah “bidadari bermata jeli”. Yaitu “bidadari yang kulitnya bersih, mata jeli dan lebar, rambutnya berkilau bagikan sayap burung nasar”, jawab Rasulullah. Jelaskanlah lagi kepadaku ya Rasulullah maksud firman Allah, “bidadari laksana mutiara yang tersimpan baik. Q.S. Al-Waqi’ah :23”. Nabi menjawab; “kebeningannya seperti kebeningan mutiara yang tersimpan di kedalam lautan yang tidak pernah tersentuh oleh manusia”
Ya Rasulullah, jelaskan kepadaku maksud firman Allah, “di dalam surga ada bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik. Q.S. Ar-Rahman : 70”. Nabi menjawab, “akhlaqnya baik dan wajahnya sangat cantik”. Jelaskan lagi kepadaku maksud firman Allah, “bidadari sekan akan mereka adalah telur yang tersimpan baik”. Nabi menjawab, “kelembutannya seperti kelembutan kulit yang ada di bagian dalam telur dan terlindung dari bagian luarnya”. Ya Rasulullah jelaskan lagi kepadaku maksud firman Allah, “(bidadari) penuh cinta lagi sebaya” Nabi menjawab, “mereka adalah wanita-wanita yang meninggal di dunia dalam usia lanjut dan beruban dalam keadaan rabun dan beruban. Itulah yan dijadikan Allah tatkala mereka sudah tahu. Lalu Allah menjadikan mereka sebagai wanita-wanita gadis, penuh cinta, bergairah, mengasihi, dan umurnya sebaya”
Aku (Ummu Salamah) bertanya lagi, Ya Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia atau bidadari yang bermata jeli?”. Nabi menjawab, “wanita-wanita dunia lebih utama dari bidadari-bidadari seperti kelebihan apa yang nampak dari apa yang tidak nampak”. Aku bertanya, “mengapa wanita-wanita dunia lebih utama dari bidadari”. Nabi menjawab, “karena shalat mereka, puasa, dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuningan, sanggulnya mutiara, dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata kami hidup abadi dan tidak mati. Kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali. Kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali. Kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Maka berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya”.H.R. Tabrani
Dialog panjang Ummu Salamah dengan Rasulullah dalam hadits di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sungguh kecantikan wanita-wanita muslimah jauh mengalahkan kecantikan bidadari, maka pantaslah kiranya bidadari cemburu. Tetapi apakah yang membuat wanita-wanita muslimah itu tampil cantik, dengan wajah yang bercahaya, kulitnya putih bersih berbalut kain sutera? Karena menjaga dirinya dalam ibadah

a. Taat beribadah kepada Allah
Dalam hadits tadi, disebutkan secara khusus shalat dan puasa, kenapa demikian? karena shalat adalah sarana yang paling strategis bagi setiap muslim untuk membangun komunikasi dengan Allah swt. Itulah sebabnya shalat diwajibkan. Sedangkan puasa adalah perisai diri dari dorongan syahwat syaithaniyah. Itulah sebabnya mereka yang belum mampu menikah dianjurkan untuk banyak melakukan puasa.
b. Menjaga kehormatan diri.
Di antara cirinya adalah menjaga kehormatan dirinya. Ia sangat memproteksi dirinya dari segala hal yang dilarang Allah. sangat hati-hati dalam memilih dan menentukan keputusan yang bisa merusak kehormatannya. Di antara langkah-langkah yang diajarkan agama dalam menjaga kehormatan diri adalah ;
1. Menutup aurat. Cirinya adalah ;
• Melindungi seluruh tubuh dengan pakaian kecuali yang boleh nampak, yaitu muka dan kedua telapak tangan
• Kainnya tebal lagi tidak tipis sehingga tidak terbayang dan tidak nampak tubuhnya
• Longgar dan tidak ketat yang membetuk lekukan tubuhnya. Rasulullah saw telah bersabda; Akan muncul di akhir ummatku wanita-wanita berpakaian namun pada hakekatnya ia telanjang. Di atas kepala mereka terdapat penaka seperti punuk unta. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium aroma surga, padahal bau wangi surga itu dapat dicium dari jarak sekian dan sekian
• Tidak menyerupai pakaian laki-laki. HR. Muslim
• Tidak menyerupai pakian orang kafir
• Memakai jilbab karena Allah bukan karena mengikuti mode
2. Tidak berkhalwat dengan yang bukan muhrimnya
3. Tidak menerima pekerjaan yang bertentangan dengan kodrat kewanitaannya
4. Tidak melakukan pekerjaan yang dilarang Allah.

c. Menjauhkan diri dari mode dan gaya jahiliyah
Mode dan gaya jahiliyah disebutkan dalam al-Quran dengan kata tabarruj.
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى
Artinya : Dan tetaplah di rumah-rumah kalian. dan janganlah berhias dengan hiasan cara-cara jahiliyah. Q.S. An Nur : 33
Menurut bahasa, tabarruj keindahan atau kecantikan dan perhiasan yang dipamerkan wanita di hadapan laki-laki (Ibnu Manzhur di Lisanul Arab). Menurut syariah, tabarruj adalah setiap perhiasan atau kecantikan yang ditunjukkan wanita di depan mata laki-laki yang bukan muhrim.
Ada beberapa penafsiran ulama terhadap arti tabarruj dalam ayat ini
• Qatadah berkata, “Wanita dahulu kalau berjalan berlenggak-lenggok genit.
• Muqatil bin Hayyan berkata, “Maksud tabarruj adalah wanita yang menanggalkan kerudungnya lalu nampaklah kalung dan lehernya.”
• Ibnu Abu Najih “Janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu… maksudnya“Wanita dahulu berjalan-jalan di hadapan kaum laki-laki, kemudian sengaja memperlihatkan keindahan tubuhnya.

2. Wanita sebagai anak dari kedua orangtuanya.
Kewajiban-kewajiban anak kepada kedua orangtuanya telah disebutkan dalam pembahasan akhlaq anak kepada kedua orangtuanya. Dalam kesempatan ini akan dikuatkan saja dengan dalil al-Quran.

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا
أَوْ كِلَاهُمَافَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا * وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ
الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil" Q.S. Al-Isra : 23-25

Salah satu bentuk ketaatan seorang anak perempuan kepada orang tuanya adalah tidak menentukan dan mengurus dirinya sendiri dalam pernikahannya. Tetapi ia harus melibatkan orang tuanya selaku wali dalam pernikahannya. Agama tidak membenarkan seorang wanita yang masih gadis menikahkan dirinya sendiri. Sebab itu, jika ia didatangi seorang laki-laki yang akan melamarnya, maka wajib diketahui oleh orang tuanya, karena sahnya pernikahan apabila ada wali. Dan wali terdekat adalah bapak.
Kebahagiaan adalah keabadian. Ia tidak akan pernah pudar oleh waktu, lekang karena zaman, berkurang atau hilang karena perbedaan tempat. Ia sudah ada sejak hadirnya manusia, terus ada hingga sekarang, dan akan terus ada hingga waktu yang tak terbatas.
Kebahagiaan menjadi keniscayaan hidup manusia. Kemajuan yang telah dicapai manusia sekarang ini, tidak lain karena ingin meraih kebahagiaan. Manusia bekerja, berjuang, dan berkorban supaya bisa tersenyum bahagia. Sebuah ungkapan doa dan harap hidup bahagia pun selalu menemani hidup kaum muslimin. “rabbana aatina fiddunia hasanah wa fil akhirati hasanah waqina ‘azaban nar”
Perhatikanlah perjalanan kebahagiaan Maryam. Ia berbahagia saat telah lulus kuliah dengan predikat terbaik. Kemudian ia menemukan kembali kebahagiaan setelah diterima kerja di sebuah istansi dengan gaji besar. Kebahagiaan selanjutnya tak mampu lagi dibahasakan dengan kata-kata ketika ia telah duduk di pelaminan bersama seorang pria muslim taat yang menjadi impiannya. Kebahagiaannya pun hanya mampu dibahasakan dengan air mata di saat Allah menganugerahinya anak yang sehat. Kebahagiaannya terus berlanjut dengan kehadiran anak-anak yang ahli ibadah, sehat, kuat, cerdas, dan taat kepada kedua orangtuanya, hingga ia berhasil menikahkan semua anak-anaknyaa. Ia pun menjalani masa-masa indah penuh bahagia dalam kehidupan rumah tangga yang penuh ketenangan (sakinah), kecintaan (mawaddah), dan kasih sayang (rahmah). Lengkaplah sudah kebahagiaannya saat ia menemukan kebahagiaan yang haqiqi, puncak dai segaa kebahagiaan. Kebahagiaan yang menjadi harapan tertingginya, saat ia dipanggil Tuhannya yang Maha Rahman dengan panggilan indah, “wahai jiwa-jiwa yang tenang kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai, masuklah ke dalam kelompok hamba-hamba-Ku (yang selamat), dan masuklah ke dalam syurga-Ku. Q.S. Al-Fajr :28”

Kedudukan Wanita Muslimah sebelum Menikah
Setiap muslim memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah swt. Allah swt tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam melaksanakan amal shaleh. semuanya mempunyai hak yang sama dalam mencapai kebahagiaannya.
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Artinya :siapa yang melakukan amal shaleh baik laki-laki atau perempuan apabila ia beriman, maka kami akan menganugerahkan kepadanya kehidupan yang baik dan akan kami berikan balasan kepada mereka dengan balasan yang terbaik dari apa yang mereka telah kerjakan.
Q.S. An-Nahl :97
Walaupun manusia terlahir dan tercipta dengan perbedaan secara fisik, ras dan bahasa, tetapi perbedaan fisik tersebut tidaklah menjadi barometer perbedaan di hadapan Allah swt. Yang akan membedakan antara satu dengan yang lainnya hanyalah tingkat kebaikan yang telah dicapainya, dan ketaqwaan yang telah diraihnya.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.Q.S. Al-Hujurat : 13

Sebab itu manusia dituntut untuk terus berusaha mencapai kebaikannya yang tertinggi. “Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan (ayat)”, sesuai dengan kodrat dan tahapan kehidupan yang dijalaninya. Karena bagaimanapun kodrat laki-laki berbeda dengan kodrat perempuan. Sehingga ada kesalehan atau kebaikan yang dapat dilakukan bersama, tetapi ada juga kesalehan hanya diperuntukkan dan dapat ditunaikan oleh kaum perempuan saja, tidak dapat dilakukan oleh kaum laki-laki, dan demikian sebaliknya.
Hal tersebut tidak terlepas dari kedudukan kaum perempuan dan kaum laki-laki yang berbeda kodratnya, serta berbeda pula pada setiap tahapan kehidupan yang dijalaninya. Tidak akan sama tuntunan dan tuntutan kesalehan seseorang yang sudah menikah dengan yang belum menikah, yang sudah punya anak dengan yang belum punya. Tidak akan sama orang yang hanya baru sebatas anak dari kedua orangtuanya dengan ketika ia sudah menjadi seorang istri dari suaminya, dan ibu dari anak-anaknya.
Seorang wanita sebelum menikah memiliki dua kedudukan, Sebagai muslimah dan sebagai anak dari kedua orangtuanya.

1. Sebagai muslimah
Kehidupan wanita muslimah ketika ia belum menikah dipenuhi dengan keindahan. Menjadi kebiasaan yang harus baginya untuk memperindah dan mempercantik diri lahir dan bathin. Ia harus mampu menjaga dan merawatnya dengan baik dari segala hal yang dapat merusak kecantikan dirinya itu.
Wanita berkewajiban menjaga kesempurnaan ciptaan (dengan kecantikan dan keindahan diri) yang telah dianugerahkan hanya kepada manusia. “dan sungguh kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk. Q.S. At-Tin:4” Wanita wajib menjaga kemuliaan yang telah dianugerahkan Allah (hanya) kepada manusia, “dan sunggguh kami telah memuliakan anak cucu Adam”.
Cantik, indah mempesona, dan bersih diri menjadi ciri wanita muslimah. Betapa cantiknya wanita muslimah. Ia laksana bidadari, bahkan mengalahkan bidadari sehingga bidadari pun cemburu kepadanya. Padahal tahukah kita bagaimana cantiknya bidadari-bidadari surga, tapi mengapa mereka cemburu kepada wanita-wanita muslimah. Perhatikanlah ayat dan riwayat berikut
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي مَقَامٍ أَمِينٍ (*)فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ (*) يَلْبَسُونَ مِنْ سُنْدُسٍ وَإِسْتَبْرَقٍ مُتَقَابِلِينَ (*) كَذَلِكَ وَزَوَّجْنَاهُمْ بِحُورٍ عِينٍ(*)
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman, (yaitu) di dalam taman-taman dan mata-air-mata-air Mereka memakai sutera yang Halus dan sutera yang tebal, (duduk) berhadap-hadapan, Demikianlah. dan Kami berikan kepada mereka Hurin ‘in (bidadari yang bermata jeli) Q.S. Ad-Dukhan :51-54

Ummu Salamah (istri Rasulullah) bertanya : ya Rasulullah, jelaskanlah kepadaku firman Allah “bidadari bermata jeli”. Yaitu “bidadari yang kulitnya bersih, mata jeli dan lebar, rambutnya berkilau bagikan sayap burung nasar”, jawab Rasulullah. Jelaskanlah lagi kepadaku ya Rasulullah maksud firman Allah, “bidadari laksana mutiara yang tersimpan baik. Q.S. Al-Waqi’ah :23”. Nabi menjawab; “kebeningannya seperti kebeningan mutiara yang tersimpan di kedalam lautan yang tidak pernah tersentuh oleh manusia”
Ya Rasulullah, jelaskan kepadaku maksud firman Allah, “di dalam surga ada bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik. Q.S. Ar-Rahman : 70”. Nabi menjawab, “akhlaqnya baik dan wajahnya sangat cantik”. Jelaskan lagi kepadaku maksud firman Allah, “bidadari sekan akan mereka adalah telur yang tersimpan baik”. Nabi menjawab, “kelembutannya seperti kelembutan kulit yang ada di bagian dalam telur dan terlindung dari bagian luarnya”. Ya Rasulullah jelaskan lagi kepadaku maksud firman Allah, “(bidadari) penuh cinta lagi sebaya” Nabi menjawab, “mereka adalah wanita-wanita yang meninggal di dunia dalam usia lanjut dan beruban dalam keadaan rabun dan beruban. Itulah yan dijadikan Allah tatkala mereka sudah tahu. Lalu Allah menjadikan mereka sebagai wanita-wanita gadis, penuh cinta, bergairah, mengasihi, dan umurnya sebaya”
Aku (Ummu Salamah) bertanya lagi, Ya Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia atau bidadari yang bermata jeli?”. Nabi menjawab, “wanita-wanita dunia lebih utama dari bidadari-bidadari seperti kelebihan apa yang nampak dari apa yang tidak nampak”. Aku bertanya, “mengapa wanita-wanita dunia lebih utama dari bidadari”. Nabi menjawab, “karena shalat mereka, puasa, dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuningan, sanggulnya mutiara, dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata kami hidup abadi dan tidak mati. Kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali. Kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali. Kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Maka berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya”.H.R. Tabrani
Dialog panjang Ummu Salamah dengan Rasulullah dalam hadits di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sungguh kecantikan wanita-wanita muslimah jauh mengalahkan kecantikan bidadari, maka pantaslah kiranya bidadari cemburu. Tetapi apakah yang membuat wanita-wanita muslimah itu tampil cantik, dengan wajah yang bercahaya, kulitnya putih bersih berbalut kain sutera? Karena menjaga dirinya dalam ibadah

a. Taat beribadah kepada Allah
Dalam hadits tadi, disebutkan secara khusus shalat dan puasa, kenapa demikian? karena shalat adalah sarana yang paling strategis bagi setiap muslim untuk membangun komunikasi dengan Allah swt. Itulah sebabnya shalat diwajibkan. Sedangkan puasa adalah perisai diri dari dorongan syahwat syaithaniyah. Itulah sebabnya mereka yang belum mampu menikah dianjurkan untuk banyak melakukan puasa.
b. Menjaga kehormatan diri.
Di antara cirinya adalah menjaga kehormatan dirinya. Ia sangat memproteksi dirinya dari segala hal yang dilarang Allah. sangat hati-hati dalam memilih dan menentukan keputusan yang bisa merusak kehormatannya. Di antara langkah-langkah yang diajarkan agama dalam menjaga kehormatan diri adalah ;
1. Menutup aurat. Cirinya adalah ;
• Melindungi seluruh tubuh dengan pakaian kecuali yang boleh nampak, yaitu muka dan kedua telapak tangan
• Kainnya tebal lagi tidak tipis sehingga tidak terbayang dan tidak nampak tubuhnya
• Longgar dan tidak ketat yang membetuk lekukan tubuhnya. Rasulullah saw telah bersabda; Akan muncul di akhir ummatku wanita-wanita berpakaian namun pada hakekatnya ia telanjang. Di atas kepala mereka terdapat penaka seperti punuk unta. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium aroma surga, padahal bau wangi surga itu dapat dicium dari jarak sekian dan sekian
• Tidak menyerupai pakaian laki-laki. HR. Muslim
• Tidak menyerupai pakian orang kafir
• Memakai jilbab karena Allah bukan karena mengikuti mode
2. Tidak berkhalwat dengan yang bukan muhrimnya
3. Tidak menerima pekerjaan yang bertentangan dengan kodrat kewanitaannya
4. Tidak melakukan pekerjaan yang dilarang Allah.

c. Menjauhkan diri dari mode dan gaya jahiliyah
Mode dan gaya jahiliyah disebutkan dalam al-Quran dengan kata tabarruj.
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى
Artinya : Dan tetaplah di rumah-rumah kalian. dan janganlah berhias dengan hiasan cara-cara jahiliyah. Q.S. An Nur : 33
Menurut bahasa, tabarruj keindahan atau kecantikan dan perhiasan yang dipamerkan wanita di hadapan laki-laki (Ibnu Manzhur di Lisanul Arab). Menurut syariah, tabarruj adalah setiap perhiasan atau kecantikan yang ditunjukkan wanita di depan mata laki-laki yang bukan muhrim.
Ada beberapa penafsiran ulama terhadap arti tabarruj dalam ayat ini
• Qatadah berkata, “Wanita dahulu kalau berjalan berlenggak-lenggok genit.
• Muqatil bin Hayyan berkata, “Maksud tabarruj adalah wanita yang menanggalkan kerudungnya lalu nampaklah kalung dan lehernya.”
• Ibnu Abu Najih “Janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu… maksudnya“Wanita dahulu berjalan-jalan di hadapan kaum laki-laki, kemudian sengaja memperlihatkan keindahan tubuhnya.

2. Wanita sebagai anak dari kedua orangtuanya.
Kewajiban-kewajiban anak kepada kedua orangtuanya telah disebutkan dalam pembahasan akhlaq anak kepada kedua orangtuanya. Dalam kesempatan ini akan dikuatkan saja dengan dalil al-Quran.

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا
أَوْ كِلَاهُمَافَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا * وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ
الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil" Q.S. Al-Isra : 23-25

Salah satu bentuk ketaatan seorang anak perempuan kepada orang tuanya adalah tidak menentukan dan mengurus dirinya sendiri dalam pernikahannya. Tetapi ia harus melibatkan orang tuanya selaku wali dalam pernikahannya. Agama tidak membenarkan seorang wanita yang masih gadis menikahkan dirinya sendiri. Sebab itu, jika ia didatangi seorang laki-laki yang akan melamarnya, maka wajib diketahui oleh orang tuanya, karena sahnya pernikahan apabila ada wali. Dan wali terdekat adalah bapak.

Selasa, 22 September 2009

MATERI III&IV : Akhlaqul Karimah

Akhlaq Dalam Islam
Salah satu komponen penting yang harus dibangun pada diri seorang muslim adalah akhlaq. Allah swt mengutus Rasulullah saw salah satu tujuan utamanya adalah menyempurnakan akhlaq manusia menjadi akhlaq yang mulia.
عن أبى هريرة رضى الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلمانما بعثت لاتمم مكارم الاخلاق
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlaq HR. Al-Baihaqy

Kesempurnaan pelaksanaan Islam seorang Muslim apabila aspek akidah atau iman, ibadah dan akhlaq tertanam kuat dalam dirinya dan tercipta dalam kata dan perbuatannya. Urgensitas akhlaq dapat dipahami dari salah satu tujuan risalah da’wah Muhammad, yaitu membagun akhlaq mulia bagi umat manusia.
Akhlaq berasal dari bahasa arab khuluq.kata khuluq sering diartikan dengan moral, budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalakun yang berarti kejadian, serta erat hubungan dengan Khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti diciptakan. Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara Khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk.
Kata khuluq ditemui dalam al-Quran pada surat al-Qalam ayat 4 : وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ Sesungguhnya engkau (muhammad) benar-benar memiliki akhlaq yang mulia.
Imam Al-Gazali mengartikan akhlaq sebagai suatu sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan, tanpa terlalu banyak pertimbangan dan pemikiran yang lama.
Mengaitkan arti kebahasaan dengan apa yang didefenisikan imam al-Gazali, akan memberikan makna substantif yang saling melengkapi, yang di dalamnya kita akan menemukan setidaknya lima ciri perbuatan akhlaq, yaitu :
Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
Kedua, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbutan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan.
Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara
Keempat, sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena keikhlasan semata-mata karena Allah, bukan karena dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian.
Kelima, akhlaq memiliki sandaran yang jelas yaitu al-Quran dan sunnah. Sehingga ukuran baik tidaknya sebuah akhlaq berdasarkan ketersesuiannya dengan al-quran dan sunnah.
Meskipun akhlaq memiliki kedekatan makna dengan moral, budi pekerti, tetapi pada dasarnya memiliki perbedaan dan ketidaksamaan. Antara lain ;
1. Akhlaq dalam Islam senantiasa berdasarkan nilai-nilai al-Quran dan sunnah. Sebab itu, ia bersifat universal. Misalnya akhlaq orang Islam Amerika sama dengan akhlaqnya orang Islam di Arab, Afrika, maupun di Indonesia. Berbeda dengan moral, etika atau budi pekerti adalah kebaikan yang lahir dari kesepakatan budaya sekelompok manusia tertentu. Sebab itu, kadangkala ada perbuatan menurut orang Amerika adalah baik dan beretika, tetapi tidak bagi orang Asia.
2. Akhlaq dilaksanakan dengan keikhlasan diri yang tujuannya semata mengharapkan ridha Allah swt. Sedangkan budi pekerti, etika tidak selamanya demikian.
3. Yang baik menurut akhlaq adalah segala sesuatu yang berguna sesuai dengan nilai dan norma agama Islam dan memberikan kebaikan bagi diri dan orang lain. sedangkan yang menentukan baik buruknya suatu perbuatan menurut etika dan moral adalah adat istiadat dan kebiasaan sekelompok orang tertentu di waktu tertentu
4. Akhlaq bersifat mutlak dan berlaku selamanya, sedangkan etika, moral dan budi pekerti bersifat nisbi atau relatif

Akhlaq Terpuji
Secara garis besar akhlaq digolongkan oleh ulama ke dalam dua golongan ; yaitu akhlaq mahmudah (terpuji) dan akhlaq mazmumah (tercela). Akhlaq terpuji ialah segala macam sikap dan tingkah laku baik yang dilahirkan oleh sifat-sifat mahmudah yang terpendam dalam jiwa manusia. Di antara sifat-sifat mahmudah adalah; amanat (setia, dan dapat dipercaya), jujur, adil, pemaaf dll. (Yatimin Abdullah, 2007 : 25)
Sesuatu yang terpuji makna baik. Baik untuk diri yang melakukan dan juga memberikan kebaikan kepada orang lain.
Sesuatu dapat dikatakan baik jika memberikan kesenangan, kepuasan, kenikmatan, sesuai yang diharapkan, dinilai positif oleh orang (Yatimin Abdullah, 2007 : 39). Jauh dari hal-hal yang dapat menimbulkan mudharat. Namun kepuasan dan kenikmatan yang dimaksud tidak berlebihan yang menyebabkan melampau batas kewajaran.
Ada beberapa bentuk akhlaq mahmudah (terpuji) adalah; seperti sabar, jujur, amanat, adil, bersifat kasih sayang, hemat, kuat memelihara ksucian diri (‘afifah) dan menepati janji. Berikut ini akan diuraikan beberapa di antaranya.
1. Bersifat sabar. Mengendalikan diri dari musibah. Termasuk kategori sabar adalah mengendalikan diri dalam perang (berani), mengendalikan diri dari kecemasan (tenang), mengendalikan diri dari banyak berceloteh. Dalam al-Quran Allah swt berfirman “bersabarlah kalian, dan kuatkanlah kesabaranmu, dan tetaplah bersiap-siaga, dan bertaqwalah kepada Allah mudah-mudahan kamu beruntung. Q.S. Ali Imaran :200. Artinya kendalikanlah dirimu untuk beribadah kepada Allah dan berjihadlah melawan hawa nafsu (Muhammad bin ‘Ilan, tt : 137)
Kesabaran ada dua macam ; Pertama, kesabaran yang berkatan dengan fisik, seperti ketabahan dan ketegaran memikul dengan beban. Kedua, sedangkan kesabaran yang sempurna adalah kesabaran yaitu kesabaran yang berkaitan dengan jiwa dalam menahan diri dari berbagai keinginan tabi’at dan tuntutan hawa nafsu (Said Hawwa, 2001 : 371)
2. Jujur. Adalah kesamaan dan keseimbangan antara yang rahasia dengan yang nyata, antara yang dzahir dan yang batin, dimana keadaan seorang hamba tidak mendustakan perbuatannya dan perbuatannya tidak mendustakan keadaannya (Muhammad bin ‘Ilan, tt : 202)
3. Amanah. Amanat dalam arti sempit , memelihara titipan dan mengembalikan kepada pemiliknya dalam bentuk semula. Sedangkan dalam arti luas ialah menyembunyikan rahasia, ikhlas dalam mberi nasehat kepada orang yang memintanya, dan menunaikan tugas yang dibebankan kepadanya (Asfa, 2004 :353)
4. Bersifat hemat. Hemat artinya menggunakansegala sesuatu yang tersedia dari harta bendanya, waktunya, maupun tenaganya menurut ukuran keperluan tanpa berlebih-lebihan. Serta mengambil jalan tengah dimana ia tidak kurang dan tidak berlebihan (Yatimin Abdullah, 2007 : 45)
5. Memelihara kesucian diri (afifah). Artinya menjaga diri dari segala keburukan dan memelihara kehormatan di setiap waktunya (Yatimin Abdullah, 2007 : 46)

Ruang Lingkup Akhlaq
1. Akhlaq kepada Allah
Manusia hadir di atas bumi ini bukanlah sebagai penghias kemegahan ciptaan Allah yang tiada terkira, bukan juga sebagai pelengkap dari keindahan ciptaan-Nya yang tak pernah membosankan untuk dinikmati. Manusia ada dan diadakan oleh Allah tiada lain untuk beribadah kepada-Nya. Maka apa pun dari gerak dan aktivitas kehidupan yang dilakoninya harus membawa dirinya dalam lingkup peribadatan kepada Rabbinya.
Ketika manusia dituntut untuk beribadah kepada Allah dan senantiasa membangun komunikasi dengan Sang Khaliq yang Maha Berkehendak, maka ia wajib memiliki akhlaq di hadapan Allah Yang Maha Quddus. Di antara akhlaq tersebut adalah :
a. Al-Hubb (cinta). Yaitu mencintai Allah swt di atas cinta segala-galanya dengan menjadikan al-Quran sebagai pedoman cintanya, dan bahkan pedoman hidup dan kehidupannya secara keseluruhan. Sebagai bentuk kecintaannya itu diwujudkan dalam pengamalan perintah Allah dan upaya diri menjauhi segala larangannya. Tazhir cintanya digambarkan dalam kesediaan berkorban demi yang dicintainya meskipun pengorbanan itu adalah pengorbanan jiwa.
Ia menundukkan perasaan imaniayah untuk menjadikan Allah semata sebagai yang berhak dicintainya. Cinta kepada Allah adalah cinta yang dihasilkan dari buah pengetahuan
b. Raja’ (harapan). Adalah kesenangan hati untuk menantikan apa yang disenanginya terhadap sesuatu yang memang mungkin baginya, dengan terus berusaha mengikuti petunjuknya dan melewati jalannya. Seperti harapan mendapat rahmat dan maghfirah Allah
c. Syukur. Adalah ungkapan terima kasih kepada Allah atas segala karunia yang telah diberikan, baik dalam ungkapan lisan maupun dalam ungkapan perbuatan.
d. Qana’ah. Menerima apa adanya dengan hati ikhlas dan ridha segala ketetapan Allah kepada dirinya, setelah menunaikan segala usaha yang maksimal.
e. Taubat. Meninggalkan perbuatan buruk masa lalunya, diiringi penyesalan dan tekad yang kuat untuk tidak akan pernah mengulanginya lagi. Selanjutnya ia isi dengan kebaikan dan keshalehan.
f. Tawakkal. Menyerahkan segala urusan dirinya dan menyandarkan segala keadaannya hanya kepada Allah setelah ia melakukan ikhtiar yang maksimal.

2. Akhlaq kepada manusia
Berakhlaq kepada manusia berarti kepada keseluruhan manusia yang terlibat dalam interaksi kehidupan kita baik langsung maupun tidak langsung. Di antara akhlaq kepada manusia adalah.
a. Akhlaq kepada Rasulullah saw. Rasulullah saw adalah manusia pertama dan yang paling utama kita harus bangun akhlaq terpuji kepadanya. Adapun akhlaq kepada Rasulullah adalah
o Mencintainya di atas segala cinta kita setelah cinta kepada Allah
o Menjadikan diriya sebagai suri tauladan, panutan terbaik dan pemimpin termulia dalam menjalani hidup dan kehidupan
o Mengikuti sunnahnya, yaitu dengan melaksanakan apa yang telah dicontohkannya
b. Akhlaq kepada kedua orangtua.
o Mencintai dan menyayanginya dengan tulus ikhlas di atas cinta kepada orang lain
o Merendahkan suara dan tidak membentaknya
o Senantiasa mengucapkan ucapan yang baik dan terpuji
o Merendahkan diri kepada keduanya dan diiringi dengan kasih sayang
o Mendoakan keduanya agar senantiasa dalam naungan rahmat dan maghfirah Allah baik ketika masih hidup maupun setelah meninggal
c. Akhlaq kepada tetangga
o Menunaikan hak-hak dirinya sebagai tetangga
o Menghormati dirinya sebagai saudara tetangga
o Memberikan kenyamanan, keamanan, dan kedamaian hidup serta tidak mengganggu ketentramannya dengan ulah dan perbuatan kita
o Berbagi rezki kepadanya
d. Akhlaq kepada guru
o Mencintainya dengan tulus ikhlas sebagai pengganti orangtua
o Mendengarkan wejangan ilmu dan nasehatnya dengan ikhlas
o Berlaku sopan (kata dan tingkah laku) baik di hadapannya maupun ketika tidak bersama dengannya
o Tidak merendahkan martabatnya
e. Akhlaq kepada sesama muslim
o Menghormati perasaannya dengan cara yang baik sesuai tuntunan agama
o Menjawab salam apabila memberi salam
o Memaafkan kesalahannya, minta maaf ataupun tidak
o Memberinya nasehat jika ia minta nasehat
o Tidak menggunjingnya dan menggibahnya (gosip),
o Tidak berburuk sangka dan selalu berpikiran positif kepadanya
o Senantiasa melihat kebaikannya dan tidak mencari-cari kesalahannya
o Mentasymit (mengucapkan yarhamukallah) jika ia bersin dan menngucapkan hamdalah
f. Akhlaq kepada diri sendiri
o Menjaga kesucian diri (lahiriah dan bathiniyah)
o Menutup aurat dari bagian tubuh yang tidak boleh nampak dihadapan orang lain yang bukan muhrim sesuai syariat
o Senantiasa menjaga kesehatan diri
o Mengkonsumsi makanan halal lagi baik dan menjauhi yang haram
o Jujur pada diri sendiri
o Menyesuaikan perbuatan dengan perkataan
o Malu melakukan perbuatan dosa, baik dosa kecil apalagi dosa besar
o Menjauhi perbuatan yang sia-sia dan tidak memberi manfaat
o Banyak menangis dan mengurani ketawa
o Tidak membawa dirinya dalam kehancuran dan kebinasaan
Akhlaq Dalam Islam
Salah satu komponen penting yang harus dibangun pada diri seorang muslim adalah akhlaq. Allah swt mengutus Rasulullah saw salah satu tujuan utamanya adalah menyempurnakan akhlaq manusia menjadi akhlaq yang mulia.
عن أبى هريرة رضى الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلمانما بعثت لاتمم مكارم الاخلاق
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlaq HR. Al-Baihaqy

Kesempurnaan pelaksanaan Islam seorang Muslim apabila aspek akidah atau iman, ibadah dan akhlaq tertanam kuat dalam dirinya dan tercipta dalam kata dan perbuatannya. Urgensitas akhlaq dapat dipahami dari salah satu tujuan risalah da’wah Muhammad, yaitu membagun akhlaq mulia bagi umat manusia.
Akhlaq berasal dari bahasa arab khuluq.kata khuluq sering diartikan dengan moral, budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalakun yang berarti kejadian, serta erat hubungan dengan Khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti diciptakan. Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara Khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk.
Kata khuluq ditemui dalam al-Quran pada surat al-Qalam ayat 4 : وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ Sesungguhnya engkau (muhammad) benar-benar memiliki akhlaq yang mulia.
Imam Al-Gazali mengartikan akhlaq sebagai suatu sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan, tanpa terlalu banyak pertimbangan dan pemikiran yang lama.
Mengaitkan arti kebahasaan dengan apa yang didefenisikan imam al-Gazali, akan memberikan makna substantif yang saling melengkapi, yang di dalamnya kita akan menemukan setidaknya lima ciri perbuatan akhlaq, yaitu :
Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
Kedua, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbutan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan.
Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara
Keempat, sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena keikhlasan semata-mata karena Allah, bukan karena dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian.
Kelima, akhlaq memiliki sandaran yang jelas yaitu al-Quran dan sunnah. Sehingga ukuran baik tidaknya sebuah akhlaq berdasarkan ketersesuiannya dengan al-quran dan sunnah.
Meskipun akhlaq memiliki kedekatan makna dengan moral, budi pekerti, tetapi pada dasarnya memiliki perbedaan dan ketidaksamaan. Antara lain ;
1. Akhlaq dalam Islam senantiasa berdasarkan nilai-nilai al-Quran dan sunnah. Sebab itu, ia bersifat universal. Misalnya akhlaq orang Islam Amerika sama dengan akhlaqnya orang Islam di Arab, Afrika, maupun di Indonesia. Berbeda dengan moral, etika atau budi pekerti adalah kebaikan yang lahir dari kesepakatan budaya sekelompok manusia tertentu. Sebab itu, kadangkala ada perbuatan menurut orang Amerika adalah baik dan beretika, tetapi tidak bagi orang Asia.
2. Akhlaq dilaksanakan dengan keikhlasan diri yang tujuannya semata mengharapkan ridha Allah swt. Sedangkan budi pekerti, etika tidak selamanya demikian.
3. Yang baik menurut akhlaq adalah segala sesuatu yang berguna sesuai dengan nilai dan norma agama Islam dan memberikan kebaikan bagi diri dan orang lain. sedangkan yang menentukan baik buruknya suatu perbuatan menurut etika dan moral adalah adat istiadat dan kebiasaan sekelompok orang tertentu di waktu tertentu
4. Akhlaq bersifat mutlak dan berlaku selamanya, sedangkan etika, moral dan budi pekerti bersifat nisbi atau relatif

Akhlaq Terpuji
Secara garis besar akhlaq digolongkan oleh ulama ke dalam dua golongan ; yaitu akhlaq mahmudah (terpuji) dan akhlaq mazmumah (tercela). Akhlaq terpuji ialah segala macam sikap dan tingkah laku baik yang dilahirkan oleh sifat-sifat mahmudah yang terpendam dalam jiwa manusia. Di antara sifat-sifat mahmudah adalah; amanat (setia, dan dapat dipercaya), jujur, adil, pemaaf dll. (Yatimin Abdullah, 2007 : 25)
Sesuatu yang terpuji makna baik. Baik untuk diri yang melakukan dan juga memberikan kebaikan kepada orang lain.
Sesuatu dapat dikatakan baik jika memberikan kesenangan, kepuasan, kenikmatan, sesuai yang diharapkan, dinilai positif oleh orang (Yatimin Abdullah, 2007 : 39). Jauh dari hal-hal yang dapat menimbulkan mudharat. Namun kepuasan dan kenikmatan yang dimaksud tidak berlebihan yang menyebabkan melampau batas kewajaran.
Ada beberapa bentuk akhlaq mahmudah (terpuji) adalah; seperti sabar, jujur, amanat, adil, bersifat kasih sayang, hemat, kuat memelihara ksucian diri (‘afifah) dan menepati janji. Berikut ini akan diuraikan beberapa di antaranya.
1. Bersifat sabar. Mengendalikan diri dari musibah. Termasuk kategori sabar adalah mengendalikan diri dalam perang (berani), mengendalikan diri dari kecemasan (tenang), mengendalikan diri dari banyak berceloteh. Dalam al-Quran Allah swt berfirman “bersabarlah kalian, dan kuatkanlah kesabaranmu, dan tetaplah bersiap-siaga, dan bertaqwalah kepada Allah mudah-mudahan kamu beruntung. Q.S. Ali Imaran :200. Artinya kendalikanlah dirimu untuk beribadah kepada Allah dan berjihadlah melawan hawa nafsu (Muhammad bin ‘Ilan, tt : 137)
Kesabaran ada dua macam ; Pertama, kesabaran yang berkatan dengan fisik, seperti ketabahan dan ketegaran memikul dengan beban. Kedua, sedangkan kesabaran yang sempurna adalah kesabaran yaitu kesabaran yang berkaitan dengan jiwa dalam menahan diri dari berbagai keinginan tabi’at dan tuntutan hawa nafsu (Said Hawwa, 2001 : 371)
2. Jujur. Adalah kesamaan dan keseimbangan antara yang rahasia dengan yang nyata, antara yang dzahir dan yang batin, dimana keadaan seorang hamba tidak mendustakan perbuatannya dan perbuatannya tidak mendustakan keadaannya (Muhammad bin ‘Ilan, tt : 202)
3. Amanah. Amanat dalam arti sempit , memelihara titipan dan mengembalikan kepada pemiliknya dalam bentuk semula. Sedangkan dalam arti luas ialah menyembunyikan rahasia, ikhlas dalam mberi nasehat kepada orang yang memintanya, dan menunaikan tugas yang dibebankan kepadanya (Asfa, 2004 :353)
4. Bersifat hemat. Hemat artinya menggunakansegala sesuatu yang tersedia dari harta bendanya, waktunya, maupun tenaganya menurut ukuran keperluan tanpa berlebih-lebihan. Serta mengambil jalan tengah dimana ia tidak kurang dan tidak berlebihan (Yatimin Abdullah, 2007 : 45)
5. Memelihara kesucian diri (afifah). Artinya menjaga diri dari segala keburukan dan memelihara kehormatan di setiap waktunya (Yatimin Abdullah, 2007 : 46)

Ruang Lingkup Akhlaq
1. Akhlaq kepada Allah
Manusia hadir di atas bumi ini bukanlah sebagai penghias kemegahan ciptaan Allah yang tiada terkira, bukan juga sebagai pelengkap dari keindahan ciptaan-Nya yang tak pernah membosankan untuk dinikmati. Manusia ada dan diadakan oleh Allah tiada lain untuk beribadah kepada-Nya. Maka apa pun dari gerak dan aktivitas kehidupan yang dilakoninya harus membawa dirinya dalam lingkup peribadatan kepada Rabbinya.
Ketika manusia dituntut untuk beribadah kepada Allah dan senantiasa membangun komunikasi dengan Sang Khaliq yang Maha Berkehendak, maka ia wajib memiliki akhlaq di hadapan Allah Yang Maha Quddus. Di antara akhlaq tersebut adalah :
a. Al-Hubb (cinta). Yaitu mencintai Allah swt di atas cinta segala-galanya dengan menjadikan al-Quran sebagai pedoman cintanya, dan bahkan pedoman hidup dan kehidupannya secara keseluruhan. Sebagai bentuk kecintaannya itu diwujudkan dalam pengamalan perintah Allah dan upaya diri menjauhi segala larangannya. Tazhir cintanya digambarkan dalam kesediaan berkorban demi yang dicintainya meskipun pengorbanan itu adalah pengorbanan jiwa.
Ia menundukkan perasaan imaniayah untuk menjadikan Allah semata sebagai yang berhak dicintainya. Cinta kepada Allah adalah cinta yang dihasilkan dari buah pengetahuan
b. Raja’ (harapan). Adalah kesenangan hati untuk menantikan apa yang disenanginya terhadap sesuatu yang memang mungkin baginya, dengan terus berusaha mengikuti petunjuknya dan melewati jalannya. Seperti harapan mendapat rahmat dan maghfirah Allah
c. Syukur. Adalah ungkapan terima kasih kepada Allah atas segala karunia yang telah diberikan, baik dalam ungkapan lisan maupun dalam ungkapan perbuatan.
d. Qana’ah. Menerima apa adanya dengan hati ikhlas dan ridha segala ketetapan Allah kepada dirinya, setelah menunaikan segala usaha yang maksimal.
e. Taubat. Meninggalkan perbuatan buruk masa lalunya, diiringi penyesalan dan tekad yang kuat untuk tidak akan pernah mengulanginya lagi. Selanjutnya ia isi dengan kebaikan dan keshalehan.
f. Tawakkal. Menyerahkan segala urusan dirinya dan menyandarkan segala keadaannya hanya kepada Allah setelah ia melakukan ikhtiar yang maksimal.

2. Akhlaq kepada manusia
Berakhlaq kepada manusia berarti kepada keseluruhan manusia yang terlibat dalam interaksi kehidupan kita baik langsung maupun tidak langsung. Di antara akhlaq kepada manusia adalah.
a. Akhlaq kepada Rasulullah saw. Rasulullah saw adalah manusia pertama dan yang paling utama kita harus bangun akhlaq terpuji kepadanya. Adapun akhlaq kepada Rasulullah adalah
o Mencintainya di atas segala cinta kita setelah cinta kepada Allah
o Menjadikan diriya sebagai suri tauladan, panutan terbaik dan pemimpin termulia dalam menjalani hidup dan kehidupan
o Mengikuti sunnahnya, yaitu dengan melaksanakan apa yang telah dicontohkannya
b. Akhlaq kepada kedua orangtua.
o Mencintai dan menyayanginya dengan tulus ikhlas di atas cinta kepada orang lain
o Merendahkan suara dan tidak membentaknya
o Senantiasa mengucapkan ucapan yang baik dan terpuji
o Merendahkan diri kepada keduanya dan diiringi dengan kasih sayang
o Mendoakan keduanya agar senantiasa dalam naungan rahmat dan maghfirah Allah baik ketika masih hidup maupun setelah meninggal
c. Akhlaq kepada tetangga
o Menunaikan hak-hak dirinya sebagai tetangga
o Menghormati dirinya sebagai saudara tetangga
o Memberikan kenyamanan, keamanan, dan kedamaian hidup serta tidak mengganggu ketentramannya dengan ulah dan perbuatan kita
o Berbagi rezki kepadanya
d. Akhlaq kepada guru
o Mencintainya dengan tulus ikhlas sebagai pengganti orangtua
o Mendengarkan wejangan ilmu dan nasehatnya dengan ikhlas
o Berlaku sopan (kata dan tingkah laku) baik di hadapannya maupun ketika tidak bersama dengannya
o Tidak merendahkan martabatnya
e. Akhlaq kepada sesama muslim
o Menghormati perasaannya dengan cara yang baik sesuai tuntunan agama
o Menjawab salam apabila memberi salam
o Memaafkan kesalahannya, minta maaf ataupun tidak
o Memberinya nasehat jika ia minta nasehat
o Tidak menggunjingnya dan menggibahnya (gosip),
o Tidak berburuk sangka dan selalu berpikiran positif kepadanya
o Senantiasa melihat kebaikannya dan tidak mencari-cari kesalahannya
o Mentasymit (mengucapkan yarhamukallah) jika ia bersin dan menngucapkan hamdalah
f. Akhlaq kepada diri sendiri
o Menjaga kesucian diri (lahiriah dan bathiniyah)
o Menutup aurat dari bagian tubuh yang tidak boleh nampak dihadapan orang lain yang bukan muhrim sesuai syariat
o Senantiasa menjaga kesehatan diri
o Mengkonsumsi makanan halal lagi baik dan menjauhi yang haram
o Jujur pada diri sendiri
o Menyesuaikan perbuatan dengan perkataan
o Malu melakukan perbuatan dosa, baik dosa kecil apalagi dosa besar
o Menjauhi perbuatan yang sia-sia dan tidak memberi manfaat
o Banyak menangis dan mengurani ketawa
o Tidak membawa dirinya dalam kehancuran dan kebinasaan