Rabu, 21 Oktober 2009

Membentuk Keluarga Sakinah

Kebahagiaan adalah keabadian. Ia tidak akan pernah pudar oleh waktu, lekang karena zaman, berkurang atau hilang karena perbedaan tempat. Ia sudah ada sejak hadirnya manusia, terus ada hingga sekarang, dan akan terus ada hingga waktu yang tak terbatas.
Kebahagiaan menjadi keniscayaan hidup manusia. Kemajuan yang telah dicapai manusia sekarang ini, tidak lain karena ingin meraih kebahagiaan. Manusia bekerja, berjuang, dan berkorban supaya bisa tersenyum bahagia. Sebuah ungkapan doa dan harap hidup bahagia pun selalu menemani hidup kaum muslimin. “rabbana aatina fiddunia hasanah wa fil akhirati hasanah waqina ‘azaban nar”
Perhatikanlah perjalanan kebahagiaan Maryam. Ia berbahagia saat telah lulus kuliah dengan predikat terbaik. Kemudian ia menemukan kembali kebahagiaan setelah diterima kerja di sebuah istansi dengan gaji besar. Kebahagiaan selanjutnya tak mampu lagi dibahasakan dengan kata-kata ketika ia telah duduk di pelaminan bersama seorang pria muslim taat yang menjadi impiannya. Kebahagiaannya pun hanya mampu dibahasakan dengan air mata di saat Allah menganugerahinya anak yang sehat. Kebahagiaannya terus berlanjut dengan kehadiran anak-anak yang ahli ibadah, sehat, kuat, cerdas, dan taat kepada kedua orangtuanya, hingga ia berhasil menikahkan semua anak-anaknyaa. Ia pun menjalani masa-masa indah penuh bahagia dalam kehidupan rumah tangga yang penuh ketenangan (sakinah), kecintaan (mawaddah), dan kasih sayang (rahmah). Lengkaplah sudah kebahagiaannya saat ia menemukan kebahagiaan yang haqiqi, puncak dai segaa kebahagiaan. Kebahagiaan yang menjadi harapan tertingginya, saat ia dipanggil Tuhannya yang Maha Rahman dengan panggilan indah, “wahai jiwa-jiwa yang tenang kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai, masuklah ke dalam kelompok hamba-hamba-Ku (yang selamat), dan masuklah ke dalam syurga-Ku. Q.S. Al-Fajr :28”

Kedudukan Wanita Muslimah sebelum Menikah
Setiap muslim memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah swt. Allah swt tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam melaksanakan amal shaleh. semuanya mempunyai hak yang sama dalam mencapai kebahagiaannya.
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Artinya :siapa yang melakukan amal shaleh baik laki-laki atau perempuan apabila ia beriman, maka kami akan menganugerahkan kepadanya kehidupan yang baik dan akan kami berikan balasan kepada mereka dengan balasan yang terbaik dari apa yang mereka telah kerjakan.
Q.S. An-Nahl :97
Walaupun manusia terlahir dan tercipta dengan perbedaan secara fisik, ras dan bahasa, tetapi perbedaan fisik tersebut tidaklah menjadi barometer perbedaan di hadapan Allah swt. Yang akan membedakan antara satu dengan yang lainnya hanyalah tingkat kebaikan yang telah dicapainya, dan ketaqwaan yang telah diraihnya.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.Q.S. Al-Hujurat : 13

Sebab itu manusia dituntut untuk terus berusaha mencapai kebaikannya yang tertinggi. “Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan (ayat)”, sesuai dengan kodrat dan tahapan kehidupan yang dijalaninya. Karena bagaimanapun kodrat laki-laki berbeda dengan kodrat perempuan. Sehingga ada kesalehan atau kebaikan yang dapat dilakukan bersama, tetapi ada juga kesalehan hanya diperuntukkan dan dapat ditunaikan oleh kaum perempuan saja, tidak dapat dilakukan oleh kaum laki-laki, dan demikian sebaliknya.
Hal tersebut tidak terlepas dari kedudukan kaum perempuan dan kaum laki-laki yang berbeda kodratnya, serta berbeda pula pada setiap tahapan kehidupan yang dijalaninya. Tidak akan sama tuntunan dan tuntutan kesalehan seseorang yang sudah menikah dengan yang belum menikah, yang sudah punya anak dengan yang belum punya. Tidak akan sama orang yang hanya baru sebatas anak dari kedua orangtuanya dengan ketika ia sudah menjadi seorang istri dari suaminya, dan ibu dari anak-anaknya.
Seorang wanita sebelum menikah memiliki dua kedudukan, Sebagai muslimah dan sebagai anak dari kedua orangtuanya.

1. Sebagai muslimah
Kehidupan wanita muslimah ketika ia belum menikah dipenuhi dengan keindahan. Menjadi kebiasaan yang harus baginya untuk memperindah dan mempercantik diri lahir dan bathin. Ia harus mampu menjaga dan merawatnya dengan baik dari segala hal yang dapat merusak kecantikan dirinya itu.
Wanita berkewajiban menjaga kesempurnaan ciptaan (dengan kecantikan dan keindahan diri) yang telah dianugerahkan hanya kepada manusia. “dan sungguh kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk. Q.S. At-Tin:4” Wanita wajib menjaga kemuliaan yang telah dianugerahkan Allah (hanya) kepada manusia, “dan sunggguh kami telah memuliakan anak cucu Adam”.
Cantik, indah mempesona, dan bersih diri menjadi ciri wanita muslimah. Betapa cantiknya wanita muslimah. Ia laksana bidadari, bahkan mengalahkan bidadari sehingga bidadari pun cemburu kepadanya. Padahal tahukah kita bagaimana cantiknya bidadari-bidadari surga, tapi mengapa mereka cemburu kepada wanita-wanita muslimah. Perhatikanlah ayat dan riwayat berikut
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي مَقَامٍ أَمِينٍ (*)فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ (*) يَلْبَسُونَ مِنْ سُنْدُسٍ وَإِسْتَبْرَقٍ مُتَقَابِلِينَ (*) كَذَلِكَ وَزَوَّجْنَاهُمْ بِحُورٍ عِينٍ(*)
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman, (yaitu) di dalam taman-taman dan mata-air-mata-air Mereka memakai sutera yang Halus dan sutera yang tebal, (duduk) berhadap-hadapan, Demikianlah. dan Kami berikan kepada mereka Hurin ‘in (bidadari yang bermata jeli) Q.S. Ad-Dukhan :51-54

Ummu Salamah (istri Rasulullah) bertanya : ya Rasulullah, jelaskanlah kepadaku firman Allah “bidadari bermata jeli”. Yaitu “bidadari yang kulitnya bersih, mata jeli dan lebar, rambutnya berkilau bagikan sayap burung nasar”, jawab Rasulullah. Jelaskanlah lagi kepadaku ya Rasulullah maksud firman Allah, “bidadari laksana mutiara yang tersimpan baik. Q.S. Al-Waqi’ah :23”. Nabi menjawab; “kebeningannya seperti kebeningan mutiara yang tersimpan di kedalam lautan yang tidak pernah tersentuh oleh manusia”
Ya Rasulullah, jelaskan kepadaku maksud firman Allah, “di dalam surga ada bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik. Q.S. Ar-Rahman : 70”. Nabi menjawab, “akhlaqnya baik dan wajahnya sangat cantik”. Jelaskan lagi kepadaku maksud firman Allah, “bidadari sekan akan mereka adalah telur yang tersimpan baik”. Nabi menjawab, “kelembutannya seperti kelembutan kulit yang ada di bagian dalam telur dan terlindung dari bagian luarnya”. Ya Rasulullah jelaskan lagi kepadaku maksud firman Allah, “(bidadari) penuh cinta lagi sebaya” Nabi menjawab, “mereka adalah wanita-wanita yang meninggal di dunia dalam usia lanjut dan beruban dalam keadaan rabun dan beruban. Itulah yan dijadikan Allah tatkala mereka sudah tahu. Lalu Allah menjadikan mereka sebagai wanita-wanita gadis, penuh cinta, bergairah, mengasihi, dan umurnya sebaya”
Aku (Ummu Salamah) bertanya lagi, Ya Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia atau bidadari yang bermata jeli?”. Nabi menjawab, “wanita-wanita dunia lebih utama dari bidadari-bidadari seperti kelebihan apa yang nampak dari apa yang tidak nampak”. Aku bertanya, “mengapa wanita-wanita dunia lebih utama dari bidadari”. Nabi menjawab, “karena shalat mereka, puasa, dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuningan, sanggulnya mutiara, dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata kami hidup abadi dan tidak mati. Kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali. Kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali. Kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Maka berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya”.H.R. Tabrani
Dialog panjang Ummu Salamah dengan Rasulullah dalam hadits di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sungguh kecantikan wanita-wanita muslimah jauh mengalahkan kecantikan bidadari, maka pantaslah kiranya bidadari cemburu. Tetapi apakah yang membuat wanita-wanita muslimah itu tampil cantik, dengan wajah yang bercahaya, kulitnya putih bersih berbalut kain sutera? Karena menjaga dirinya dalam ibadah

a. Taat beribadah kepada Allah
Dalam hadits tadi, disebutkan secara khusus shalat dan puasa, kenapa demikian? karena shalat adalah sarana yang paling strategis bagi setiap muslim untuk membangun komunikasi dengan Allah swt. Itulah sebabnya shalat diwajibkan. Sedangkan puasa adalah perisai diri dari dorongan syahwat syaithaniyah. Itulah sebabnya mereka yang belum mampu menikah dianjurkan untuk banyak melakukan puasa.
b. Menjaga kehormatan diri.
Di antara cirinya adalah menjaga kehormatan dirinya. Ia sangat memproteksi dirinya dari segala hal yang dilarang Allah. sangat hati-hati dalam memilih dan menentukan keputusan yang bisa merusak kehormatannya. Di antara langkah-langkah yang diajarkan agama dalam menjaga kehormatan diri adalah ;
1. Menutup aurat. Cirinya adalah ;
• Melindungi seluruh tubuh dengan pakaian kecuali yang boleh nampak, yaitu muka dan kedua telapak tangan
• Kainnya tebal lagi tidak tipis sehingga tidak terbayang dan tidak nampak tubuhnya
• Longgar dan tidak ketat yang membetuk lekukan tubuhnya. Rasulullah saw telah bersabda; Akan muncul di akhir ummatku wanita-wanita berpakaian namun pada hakekatnya ia telanjang. Di atas kepala mereka terdapat penaka seperti punuk unta. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium aroma surga, padahal bau wangi surga itu dapat dicium dari jarak sekian dan sekian
• Tidak menyerupai pakaian laki-laki. HR. Muslim
• Tidak menyerupai pakian orang kafir
• Memakai jilbab karena Allah bukan karena mengikuti mode
2. Tidak berkhalwat dengan yang bukan muhrimnya
3. Tidak menerima pekerjaan yang bertentangan dengan kodrat kewanitaannya
4. Tidak melakukan pekerjaan yang dilarang Allah.

c. Menjauhkan diri dari mode dan gaya jahiliyah
Mode dan gaya jahiliyah disebutkan dalam al-Quran dengan kata tabarruj.
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى
Artinya : Dan tetaplah di rumah-rumah kalian. dan janganlah berhias dengan hiasan cara-cara jahiliyah. Q.S. An Nur : 33
Menurut bahasa, tabarruj keindahan atau kecantikan dan perhiasan yang dipamerkan wanita di hadapan laki-laki (Ibnu Manzhur di Lisanul Arab). Menurut syariah, tabarruj adalah setiap perhiasan atau kecantikan yang ditunjukkan wanita di depan mata laki-laki yang bukan muhrim.
Ada beberapa penafsiran ulama terhadap arti tabarruj dalam ayat ini
• Qatadah berkata, “Wanita dahulu kalau berjalan berlenggak-lenggok genit.
• Muqatil bin Hayyan berkata, “Maksud tabarruj adalah wanita yang menanggalkan kerudungnya lalu nampaklah kalung dan lehernya.”
• Ibnu Abu Najih “Janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu… maksudnya“Wanita dahulu berjalan-jalan di hadapan kaum laki-laki, kemudian sengaja memperlihatkan keindahan tubuhnya.

2. Wanita sebagai anak dari kedua orangtuanya.
Kewajiban-kewajiban anak kepada kedua orangtuanya telah disebutkan dalam pembahasan akhlaq anak kepada kedua orangtuanya. Dalam kesempatan ini akan dikuatkan saja dengan dalil al-Quran.

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا
أَوْ كِلَاهُمَافَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا * وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ
الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil" Q.S. Al-Isra : 23-25

Salah satu bentuk ketaatan seorang anak perempuan kepada orang tuanya adalah tidak menentukan dan mengurus dirinya sendiri dalam pernikahannya. Tetapi ia harus melibatkan orang tuanya selaku wali dalam pernikahannya. Agama tidak membenarkan seorang wanita yang masih gadis menikahkan dirinya sendiri. Sebab itu, jika ia didatangi seorang laki-laki yang akan melamarnya, maka wajib diketahui oleh orang tuanya, karena sahnya pernikahan apabila ada wali. Dan wali terdekat adalah bapak.
Kebahagiaan adalah keabadian. Ia tidak akan pernah pudar oleh waktu, lekang karena zaman, berkurang atau hilang karena perbedaan tempat. Ia sudah ada sejak hadirnya manusia, terus ada hingga sekarang, dan akan terus ada hingga waktu yang tak terbatas.
Kebahagiaan menjadi keniscayaan hidup manusia. Kemajuan yang telah dicapai manusia sekarang ini, tidak lain karena ingin meraih kebahagiaan. Manusia bekerja, berjuang, dan berkorban supaya bisa tersenyum bahagia. Sebuah ungkapan doa dan harap hidup bahagia pun selalu menemani hidup kaum muslimin. “rabbana aatina fiddunia hasanah wa fil akhirati hasanah waqina ‘azaban nar”
Perhatikanlah perjalanan kebahagiaan Maryam. Ia berbahagia saat telah lulus kuliah dengan predikat terbaik. Kemudian ia menemukan kembali kebahagiaan setelah diterima kerja di sebuah istansi dengan gaji besar. Kebahagiaan selanjutnya tak mampu lagi dibahasakan dengan kata-kata ketika ia telah duduk di pelaminan bersama seorang pria muslim taat yang menjadi impiannya. Kebahagiaannya pun hanya mampu dibahasakan dengan air mata di saat Allah menganugerahinya anak yang sehat. Kebahagiaannya terus berlanjut dengan kehadiran anak-anak yang ahli ibadah, sehat, kuat, cerdas, dan taat kepada kedua orangtuanya, hingga ia berhasil menikahkan semua anak-anaknyaa. Ia pun menjalani masa-masa indah penuh bahagia dalam kehidupan rumah tangga yang penuh ketenangan (sakinah), kecintaan (mawaddah), dan kasih sayang (rahmah). Lengkaplah sudah kebahagiaannya saat ia menemukan kebahagiaan yang haqiqi, puncak dai segaa kebahagiaan. Kebahagiaan yang menjadi harapan tertingginya, saat ia dipanggil Tuhannya yang Maha Rahman dengan panggilan indah, “wahai jiwa-jiwa yang tenang kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai, masuklah ke dalam kelompok hamba-hamba-Ku (yang selamat), dan masuklah ke dalam syurga-Ku. Q.S. Al-Fajr :28”

Kedudukan Wanita Muslimah sebelum Menikah
Setiap muslim memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah swt. Allah swt tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam melaksanakan amal shaleh. semuanya mempunyai hak yang sama dalam mencapai kebahagiaannya.
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Artinya :siapa yang melakukan amal shaleh baik laki-laki atau perempuan apabila ia beriman, maka kami akan menganugerahkan kepadanya kehidupan yang baik dan akan kami berikan balasan kepada mereka dengan balasan yang terbaik dari apa yang mereka telah kerjakan.
Q.S. An-Nahl :97
Walaupun manusia terlahir dan tercipta dengan perbedaan secara fisik, ras dan bahasa, tetapi perbedaan fisik tersebut tidaklah menjadi barometer perbedaan di hadapan Allah swt. Yang akan membedakan antara satu dengan yang lainnya hanyalah tingkat kebaikan yang telah dicapainya, dan ketaqwaan yang telah diraihnya.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.Q.S. Al-Hujurat : 13

Sebab itu manusia dituntut untuk terus berusaha mencapai kebaikannya yang tertinggi. “Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan (ayat)”, sesuai dengan kodrat dan tahapan kehidupan yang dijalaninya. Karena bagaimanapun kodrat laki-laki berbeda dengan kodrat perempuan. Sehingga ada kesalehan atau kebaikan yang dapat dilakukan bersama, tetapi ada juga kesalehan hanya diperuntukkan dan dapat ditunaikan oleh kaum perempuan saja, tidak dapat dilakukan oleh kaum laki-laki, dan demikian sebaliknya.
Hal tersebut tidak terlepas dari kedudukan kaum perempuan dan kaum laki-laki yang berbeda kodratnya, serta berbeda pula pada setiap tahapan kehidupan yang dijalaninya. Tidak akan sama tuntunan dan tuntutan kesalehan seseorang yang sudah menikah dengan yang belum menikah, yang sudah punya anak dengan yang belum punya. Tidak akan sama orang yang hanya baru sebatas anak dari kedua orangtuanya dengan ketika ia sudah menjadi seorang istri dari suaminya, dan ibu dari anak-anaknya.
Seorang wanita sebelum menikah memiliki dua kedudukan, Sebagai muslimah dan sebagai anak dari kedua orangtuanya.

1. Sebagai muslimah
Kehidupan wanita muslimah ketika ia belum menikah dipenuhi dengan keindahan. Menjadi kebiasaan yang harus baginya untuk memperindah dan mempercantik diri lahir dan bathin. Ia harus mampu menjaga dan merawatnya dengan baik dari segala hal yang dapat merusak kecantikan dirinya itu.
Wanita berkewajiban menjaga kesempurnaan ciptaan (dengan kecantikan dan keindahan diri) yang telah dianugerahkan hanya kepada manusia. “dan sungguh kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk. Q.S. At-Tin:4” Wanita wajib menjaga kemuliaan yang telah dianugerahkan Allah (hanya) kepada manusia, “dan sunggguh kami telah memuliakan anak cucu Adam”.
Cantik, indah mempesona, dan bersih diri menjadi ciri wanita muslimah. Betapa cantiknya wanita muslimah. Ia laksana bidadari, bahkan mengalahkan bidadari sehingga bidadari pun cemburu kepadanya. Padahal tahukah kita bagaimana cantiknya bidadari-bidadari surga, tapi mengapa mereka cemburu kepada wanita-wanita muslimah. Perhatikanlah ayat dan riwayat berikut
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي مَقَامٍ أَمِينٍ (*)فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ (*) يَلْبَسُونَ مِنْ سُنْدُسٍ وَإِسْتَبْرَقٍ مُتَقَابِلِينَ (*) كَذَلِكَ وَزَوَّجْنَاهُمْ بِحُورٍ عِينٍ(*)
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman, (yaitu) di dalam taman-taman dan mata-air-mata-air Mereka memakai sutera yang Halus dan sutera yang tebal, (duduk) berhadap-hadapan, Demikianlah. dan Kami berikan kepada mereka Hurin ‘in (bidadari yang bermata jeli) Q.S. Ad-Dukhan :51-54

Ummu Salamah (istri Rasulullah) bertanya : ya Rasulullah, jelaskanlah kepadaku firman Allah “bidadari bermata jeli”. Yaitu “bidadari yang kulitnya bersih, mata jeli dan lebar, rambutnya berkilau bagikan sayap burung nasar”, jawab Rasulullah. Jelaskanlah lagi kepadaku ya Rasulullah maksud firman Allah, “bidadari laksana mutiara yang tersimpan baik. Q.S. Al-Waqi’ah :23”. Nabi menjawab; “kebeningannya seperti kebeningan mutiara yang tersimpan di kedalam lautan yang tidak pernah tersentuh oleh manusia”
Ya Rasulullah, jelaskan kepadaku maksud firman Allah, “di dalam surga ada bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik. Q.S. Ar-Rahman : 70”. Nabi menjawab, “akhlaqnya baik dan wajahnya sangat cantik”. Jelaskan lagi kepadaku maksud firman Allah, “bidadari sekan akan mereka adalah telur yang tersimpan baik”. Nabi menjawab, “kelembutannya seperti kelembutan kulit yang ada di bagian dalam telur dan terlindung dari bagian luarnya”. Ya Rasulullah jelaskan lagi kepadaku maksud firman Allah, “(bidadari) penuh cinta lagi sebaya” Nabi menjawab, “mereka adalah wanita-wanita yang meninggal di dunia dalam usia lanjut dan beruban dalam keadaan rabun dan beruban. Itulah yan dijadikan Allah tatkala mereka sudah tahu. Lalu Allah menjadikan mereka sebagai wanita-wanita gadis, penuh cinta, bergairah, mengasihi, dan umurnya sebaya”
Aku (Ummu Salamah) bertanya lagi, Ya Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia atau bidadari yang bermata jeli?”. Nabi menjawab, “wanita-wanita dunia lebih utama dari bidadari-bidadari seperti kelebihan apa yang nampak dari apa yang tidak nampak”. Aku bertanya, “mengapa wanita-wanita dunia lebih utama dari bidadari”. Nabi menjawab, “karena shalat mereka, puasa, dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuningan, sanggulnya mutiara, dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata kami hidup abadi dan tidak mati. Kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali. Kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali. Kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Maka berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya”.H.R. Tabrani
Dialog panjang Ummu Salamah dengan Rasulullah dalam hadits di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sungguh kecantikan wanita-wanita muslimah jauh mengalahkan kecantikan bidadari, maka pantaslah kiranya bidadari cemburu. Tetapi apakah yang membuat wanita-wanita muslimah itu tampil cantik, dengan wajah yang bercahaya, kulitnya putih bersih berbalut kain sutera? Karena menjaga dirinya dalam ibadah

a. Taat beribadah kepada Allah
Dalam hadits tadi, disebutkan secara khusus shalat dan puasa, kenapa demikian? karena shalat adalah sarana yang paling strategis bagi setiap muslim untuk membangun komunikasi dengan Allah swt. Itulah sebabnya shalat diwajibkan. Sedangkan puasa adalah perisai diri dari dorongan syahwat syaithaniyah. Itulah sebabnya mereka yang belum mampu menikah dianjurkan untuk banyak melakukan puasa.
b. Menjaga kehormatan diri.
Di antara cirinya adalah menjaga kehormatan dirinya. Ia sangat memproteksi dirinya dari segala hal yang dilarang Allah. sangat hati-hati dalam memilih dan menentukan keputusan yang bisa merusak kehormatannya. Di antara langkah-langkah yang diajarkan agama dalam menjaga kehormatan diri adalah ;
1. Menutup aurat. Cirinya adalah ;
• Melindungi seluruh tubuh dengan pakaian kecuali yang boleh nampak, yaitu muka dan kedua telapak tangan
• Kainnya tebal lagi tidak tipis sehingga tidak terbayang dan tidak nampak tubuhnya
• Longgar dan tidak ketat yang membetuk lekukan tubuhnya. Rasulullah saw telah bersabda; Akan muncul di akhir ummatku wanita-wanita berpakaian namun pada hakekatnya ia telanjang. Di atas kepala mereka terdapat penaka seperti punuk unta. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium aroma surga, padahal bau wangi surga itu dapat dicium dari jarak sekian dan sekian
• Tidak menyerupai pakaian laki-laki. HR. Muslim
• Tidak menyerupai pakian orang kafir
• Memakai jilbab karena Allah bukan karena mengikuti mode
2. Tidak berkhalwat dengan yang bukan muhrimnya
3. Tidak menerima pekerjaan yang bertentangan dengan kodrat kewanitaannya
4. Tidak melakukan pekerjaan yang dilarang Allah.

c. Menjauhkan diri dari mode dan gaya jahiliyah
Mode dan gaya jahiliyah disebutkan dalam al-Quran dengan kata tabarruj.
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى
Artinya : Dan tetaplah di rumah-rumah kalian. dan janganlah berhias dengan hiasan cara-cara jahiliyah. Q.S. An Nur : 33
Menurut bahasa, tabarruj keindahan atau kecantikan dan perhiasan yang dipamerkan wanita di hadapan laki-laki (Ibnu Manzhur di Lisanul Arab). Menurut syariah, tabarruj adalah setiap perhiasan atau kecantikan yang ditunjukkan wanita di depan mata laki-laki yang bukan muhrim.
Ada beberapa penafsiran ulama terhadap arti tabarruj dalam ayat ini
• Qatadah berkata, “Wanita dahulu kalau berjalan berlenggak-lenggok genit.
• Muqatil bin Hayyan berkata, “Maksud tabarruj adalah wanita yang menanggalkan kerudungnya lalu nampaklah kalung dan lehernya.”
• Ibnu Abu Najih “Janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu… maksudnya“Wanita dahulu berjalan-jalan di hadapan kaum laki-laki, kemudian sengaja memperlihatkan keindahan tubuhnya.

2. Wanita sebagai anak dari kedua orangtuanya.
Kewajiban-kewajiban anak kepada kedua orangtuanya telah disebutkan dalam pembahasan akhlaq anak kepada kedua orangtuanya. Dalam kesempatan ini akan dikuatkan saja dengan dalil al-Quran.

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا
أَوْ كِلَاهُمَافَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا * وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ
الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil" Q.S. Al-Isra : 23-25

Salah satu bentuk ketaatan seorang anak perempuan kepada orang tuanya adalah tidak menentukan dan mengurus dirinya sendiri dalam pernikahannya. Tetapi ia harus melibatkan orang tuanya selaku wali dalam pernikahannya. Agama tidak membenarkan seorang wanita yang masih gadis menikahkan dirinya sendiri. Sebab itu, jika ia didatangi seorang laki-laki yang akan melamarnya, maka wajib diketahui oleh orang tuanya, karena sahnya pernikahan apabila ada wali. Dan wali terdekat adalah bapak.