Jumat, 26 Desember 2014

MA'RIFATUL ISLAM


Memahami lebih dalam hakikat Islam sebagai agama yang membawa misi keselamatan dunia dan akhirat dengan bangunan sistemnya yang komprehensif dan universal
  
A. Pengertian Islam
1. Islam Menurut Bahasa
Islama secara etimologis berasal dari bahasa Arab, salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk kata aslama-yuslimu-islam (اسلم – يسلم –اسلام) yang artinya inqad (berserah diri, tunduk, patuh dan ta'at. Maksudnya kepatuhan dan ketundukan yang ditunjukkan kepada Allah swt.
Kata Islam jika dikaitkan dengan asal katanya Islam, dalam al-Qur'an  dijumpai beberapa pengertian;
a.       Aslama (أَسْلَمَ) yang berarti menundukkan wajah.
Kata ini mengandung makna bahwa orang yang menyatakan dirinya beragama Islam senantiasa tunduk terhadap aturan agama dan taat melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Kata ini terdapat di antaranya Q.S. An-Nisa (4) ayat 125
وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا

Artinya : Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menundukkan wajahnya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.
                Abu Ja’far At-Thabary menafsirkan ayat ini dengan indah bahwa, siapakah yang paling baik jalannya, dan paling lurus tuntunannya selain orang yang menundukkan wajahnya sebagai wujud penyerahan diri kepada Allah, ia terpimpin kepada-Nya di dalam ketaatan, membenarkan Nabi Allah Muhammad saw serta apa yang dibawa dari Tuhannya. Senantiasa mengerjakan apa yang diperintahkan Tuhannya, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram (al-Tabari, 2000 : 98)    

b.      Aslama (أَسْلَمَ) yang berarti berserah diri.
Kata ini mengandung arti bahwa orang yang memeluk Islam secara ikhlas  menyerahkan jiwa dan raganya secara totalitas kepada Allah SWT. Kata ini dijumpai dalam Q.S. Ali Imran (3) : 83
أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
Artinya : Apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, Padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.




c.       Salim (سَلِيمٍ) Suci/bersih.
Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang suci dan bersih, yang menjadikan para pemeluknya untuk hidup bersih. Bersih lahir dan batin. Bersih secara lahiriah adalah bersihnya badan dari najis atau kebersihan lingkungan, sedangkan bersih secara batiniah adalah bersihnya hati dari dosa dan penyakit hati seperti iri, dengki, sombong dan penyakit hati lainnya. Dalam Q.S. As-Syu’ara (26) : 88-89
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ  * إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Artinya : hari (akhirat) tiada lagi bermanfaat harta dan anak-anak. Kecuali siapa yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih

d.      Salam (سَلَامٌ) selamat dan sejahtera.
Dari kata ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama selamat dan menyelamatkan. Selamat artinya agama yang diridhai Allah dan terjaga keberadaannya hingga akhir zaman. Menyelamatkan artinya agama yang memberi jaminan keselamatan dan kesejahteraan kepada seluruh umat manusia di dunia dan di akhirat. Kata salam terdapat dalam Q.S. Al-An’am (6) : 54
َإِذَا جَاءَكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِآَيَاتِنَا فَقُلْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ
Artinya : Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu data kepadamu, Maka katakanlah: "Salaamun alaikum[Mudah-mudahan Allah melimpahkan Kesejahteraan atas kamu. Tuhanmu telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang

e.       Al-salam (السَّلْمِ) Kedamaian.
Islam sebagai agama yang diturunkan Allah swt kepada seluruh umat manusia, salah satu misi utamanya adalah menciptakan kedamaian. Islam adalah agama damai. Sebab itu, Islam menentang keras perselisihan, pertengkaran, dan perpecahan. Kata al-salam ditemukan pada Q.S. Muhammad (47) : 35    
فَلَا تَهِنُوا وَتَدْعُوا إِلَى السَّلْمِ وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ وَاللَّهُ مَعَكُمْ وَلَنْ يَتِرَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
Artinya : Janganlah kamu lemah dan minta damai Padahal kamulah yang di atas dan  Allah pun bersamamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amalmu.
Dari kelima arti Islam secara kebahasaan di atas, dapat dipahami bahwa Islam selamanya bermakna kebaikan. Kebaikan yang agung karena bersifat universal. Tidak hanya untuk dinikmati diri pribadi seseorang, tetapi juga orang lain. Kebaikan tersebut bukan hanya untuk komunitas dan kelompok tertentu, tetapi kepada seluruh ummat manusia. Inilah arti kebaikan yang rahmatan lil ‘alamin (kasih sayang untuk seluruh alam).
Kelima arti Islam ini merepresentasikan nilai-nilai kesalehan secara sempurna yang meliputi  kesalehan individu dan keshalehan sosial secara integratif. Islam mengajarkan kepada kita arti penting perserahan diri secara totalitas kepada Allah Yang Maha Kuasa, perserahan diri yang berarti tiada daya dan kekuatan yang dimiliki selain kekuatan Allah swt. Selanjutnya tunduk dan patuh secara bulat terhadap perintah Allah swt selaku hamba-Nya. Dengan taat dan patuh kepada Allah swt, menyerahkan segala urusan kepada-Nya maka akan membawa kepada kedamaian hati dan ketenteraman jiwa. Pada sisi yang lain Islam menekankan pentingnya menjaga kebersamaan mencegah permusuhan demi terwujudnya kedamaian bersama yang selanjutnya akan mengantarkan kepada keselamatan di dunia dan di akhirat.
2. Makna Islam menurut Istilah
                Secara terminologis Islam menurut istilahnya adalah ketundukan terhadap perintah Allah dan larangan-Nya melalui lisan wahyu. Siapa menundukkan hati dan wajahnya kepada Allah swt, tunduk dalam ketaatan dan taat melaksanakan perintah-Nya maka disebut Muslim. Dalam terminologi ini, Islam adalah agama semua Nabi dan Rasul dari Nabi Adam a.s. hingga Nabi Muhammad saw.
Semua Nabi dan Rasul membawa pokok ajaran yang sama yaitu ajaran tauhid (la ila illa Allah). Ajaran tauhid ini merupakan titik temu keislaman para Nabi dan Rasul. Hanya saja syariat setiap Nabi dan Rasul berbeda satu sama lain. Syariat Musa a.s. berbeda dengan Nabi Nuh a.s., Nabi Isa a.s. dan berbeda pula dengan syariat Nabi Muhammad saw.
                Islam mencakup seluruh aspek agama, ‘aqidah, ibadah, keyakinan, perkataan dan perbuatan. Sebab itu berislam berarti meyakini dengan hati, mengakui dengan lisan dan berserah diri kepada Allah swt atas semua yang telah ditentukan. sebagaimana firman Allah swt Q.S. al-Baqarah: 131
إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
Artinya : (Ingatlah) ketika Rabb-nya berfirman kepadanya (Ibrahim), ‘Berserahdirilah!’ Dia menjawab: ‘Aku berserah diri kepada Rabb seluruh alam.
                Rasulullah saw ketika ditanya tentang Islam, ia memberikan jawaban yang berbeda-beda. Talhah bin Ubidillah berkata; seseorang datang kepada Rasulullah saw dan bertanya tentang Islam. Lantas Rasulullah saw mengatakan bahwa Islam itu adalah shalat lima waktu siang dan malam. Ia ditanya, apakah ada selainnya ?. Ia menjawab; tidak ! kecuali kamu menunaikan yang sunnat dan beliau juga menyebutkan kepadanya zakat. Laki-laki bertanya lagi, apakah ada selain hal itu? Beliau menjawab; tidak ada kecuali kamu menunaikan yang sunnat. Rasulullah kemudian meninggalkannya dan berkata; aku tidak akan menambah dan menguranginya lagi, maka beruntunglah orang yang menpercayainya. Dari hadis ini dipahami bahwa Islam adalah shalat lima waktu.
Mua’wiyah bin Haedah pernah berkata; sesungguhnya aku bertanya kepadamu dengan wajah Allah dengan apa Allah mengutusmu kepada kami? Beliau berkata; dengan Islam. Aku bertanya lagi; dan apa tanda-tanda Islam? Beliau berkata ; kamu katakan! Aku menyerahkan diri kepada Allah semata, kemudian menunaikan shalat dan mengeluarkan zakat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Islam adalah ketundukan dan ketaatan kepada Allah swt dengan melaksanakan segala perintah-Nya seperti shalat, puasa, zakat, haji, senantiasa mengesakan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, serta berserah diri kepada-Nya dalam segala urusan dan keputusan.

B. Rukun Islam
                Islam dibangun di atas lima pilar utama yang disebut dengan rukun Islam. Kelima rukun tersebut adalah; mengucapkan dua kalimat syahadat, menunaikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa bulan ramadhan dan naik haji. Kelima rukun Islam ini berdasarkan hadis Nabi saw; 
عَنْ عَبْدِ الله بن عُمَر بن الخَطَّاب رَضِيَ اللهُ تعالى عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِه وَسَلّمِ يَقُوْلُ : بُنِي الإِسْلامُ عَلى خَمْس : شَهَادَةِ أَنْ لا إَلَهَ إِلّا اللهُ وَأَنّ مُحَمّدًا رَسُولُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيْتَاءِ الزَكَاةِ وَحَجِّ الَبْيتِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ ] رواه البخاري ومسلم
Artinya: dari Abdullah bin Umar ra. Berkata; saya mendengar Rasulullah saw bersabda: Islam dibangun di atas lima pilar; bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul-Nya, menunaikan shalat, mengeluarkan zakat, naik haji ke biatullah dan berpuasa bulan ramadhan.
                Kelima rukun Islam saling terkait satu sama lain dan tidak bisa dipisahkan baik dalam keyakinan maupun dalam pengamalannya. berislam tidak hanya cukup mengucapkan dua kalimat syahadat, tetapi wajib diikuti dengan melaksanakan shalat wajib lima waktu, berzakat, berpuasa dan naik haji jika mampu.
                Kalimat syahadat yang kita ucapkan mengandung tiga makna; iqrar (pengakuan atau pernyataan sikap), qasam (sumpah), dan misaq (janji). Ketika kita mengucapkan kalimat syahadat tiada tuhan selain Allah, itu artinya kita sedang membuat pengakuan di hadapan Allah, bersumpah dan membuat janji dengan-Nya untuk senantiasa menyembah dan beribadah kepada-Nya, menjauhi syirik dengan segala bentuknya. Pengakuan yang dibangun, sumpah yang dinyatakan dan janji yang disampaikan berisi keyakinan penuh bahwa; Allahlah yang memberi rezeki sehingga wajib bersyukur kepada-Nya, Allahlah yang Maha Penolong sehingga hanya kepada-Nya memohon pertolongan, Allahlah pemilik segalanya sehingga hanya kepada-Nya meminta, tiada musibah yang terjadi kecuali atas kehendak-Nya sehingga wajib bersabar atas perintah-Nya, tiada yang mampu menghalangi apa yang dikehendaki dan tiada pula yang sanggup memberi sesuatu apa yang tidak dikehendakinya sehingga hanya kepada-Nya berserah diri atas segala urusan hidup dan mati.            
                Kalimat syahadat yang kedua, Muhammad adalah rasul-Nya adalah pengakuan, sumpah dan janji diri untuk menjadikan Muhammad saw sebagai uswah (panutan) dalam kehidupan. Berislam sesuai sunnahnya, berbuat sesuai manhaj yang digariskannya. 
                Pembuktian dalam karya nyata dari syahadat yang diurai dalam bahasa lisan adalah dengan menunaikan shalat lima waktu. Shalat berada di posisi kedua dari rukun Islam menunjukkan bahwa shalat adalah ibadah wajib yang sangat menentukan keabsahan keislaman seseorang.
                Rasulullah saw telah menyatakan bahwa siapa yang meninggalkan shalat dengan sengaja, ia telah kafir secara nyata.
عَنْ بُرَيْدَةَ بْنِ الْحَصِيبِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ :« الْعَهْدُ الَّذِى بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
Artinya: Dari Buraidah bin al-Husaib bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir. H.R. Ibn Majah, al-Nasai, al-Baihaqy, Ibn Hibban
Pada sabdanya yang lain dikatakan bahwa perbedaan antara Muslim dengan kafir adalah shalatnya.
عَنْ جَابِر يَقُولُ سَمِعْتُ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ «إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلاَةِ»  
Artinya: Dari Jabir berkata: Rasulullah saw bersabda: “(Pembatas) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat. H.R. Muslim
                Dalam al-Qur'an  orang yang bermasalah shalatnya diancam dengan neraka tempat kembalinya. Orang yang tidak melaksanakan shalat tempat kembalinya adalah neraka saqar dan orang yang melalaikan shalatnya ancamannya adalah neraka Wail.
                Pembuktian berikutnya dari syahadat yang diucapkan adalah zakat. Mengeluarkan zakat dari harta yang dimiliki setelah mememenuhi syarat dan ketentuanya adalah kewajiban yang tidak bisa ditawar dan ditunda.  Abu Bakar al-Siddiq ketika menjadi khalifah umat Islam, menyatakan perang terbuka kepada orang yang enggan membayar zakat meskipun. Demikian pula puasa ramadhan dan haji adalah pembuktian diri secara nyata dari persaksian diri di hadapan Allah dalam bahasa syahadat.

C. Islam Agama Universal
Menurut Abu A’la Al-Maududi dalam bukunya Cara Hidup Islam (tt:3) menggambarkan bahwa ciri utama ajaran Islam tidak membenarkan suatu pertentangan dan juga pemisahan antara kehidupan ruhani dengan kehidupan duniawi. Islam tidak membatasi dirinya untuk membina ketinggian kerohanian dan akhlaq semata. Sesungguhnya ruang lingkup yang dikemukakannya mencakup semua bidang kehidupan manusia.
Universalitas artinya mencakup segala aspek dan urusan kehidupan manusia. Islam tidak hanya berbicara tentang akhirat, tetapi juga tentang dunia. Islam tidak hanya berbicara dimensi ruhiyah semata sehingga ia terbang ke langit, tetapi juga berbicara tentang realitas dan berpijak di bumi. Islam berbicara tentang hubungan hamba dengan Tuhannya, juga hubungannya dengan sesama hamba Allah. Islam berbicara tentang ibadah mahdhah seperti shalat, puasa ataupun zakat juga berbicara tentang ekonomi, sosial, kesehatan maupun politik.
Universalias merupakan salah satu karakter Islam yang sangat istimewa jika dibandingkan dengan syariat agama dan tatanan buatan manusia. Tiada seorang pun yang meragukannya kecuali orang yang ingkar, sombong, atau mereka yang tidak memahami Islam dengan pemahaman benar
Universalitas Islam berarti memiliki jangkauan yang panjang sehingga berlaku sepanjang zaman. Mempunyai jangkauan yang sangat lebar sehingga berlaku bagi seluruh umat manusia, serta mempunyai jangkauan yang sangat dalam sehingga mencakup seluruh urusan dunia dan akhirat. Islam adalah akidah, Islam adalah akhlak, Islam adalah kesehatan, Islam adalah ekonomi, Islam adalah politik.

D. Muslim yang Ideal
                Muslim yang baik adalah muslim yang berusaha tampil menjadi yang terbaik dalam kebaikannya. Tiada kata lelah dalam berusaha, tiada kata henti dalam berbuat, tiada kata putus asa dalam bertindak, tiada kata berakhir dalam bekerja. Terus bekerja dan berbuat, terus beramal dan berkomopotisi dalam kebaikan. Kompotisi dalam kebaikan merupakan perintah Allah swt. Kompotisi dalam kebaikan dengan sendirinya akan menghasilkan pribadi-pribadi Muslim yang ideal dunia dan akhirat.
                Ada sepuluh standar sosok pribadi Muslim yang ideal
1.        Memiliki kualitas akidah yang lurus
2.       Melaksanakan ibadah dengan baik dan benar
3.       Memiliki moralitas Islam yang mulia
4.      Memiliki fisik kuat dan sehat jasmani
5.       Berilmu dalam berwawasan luas
6.       Memiliki kemampuan pengaturan urusan dengan baik
7.       Sangat menghargai waktunya hanya untuk kebaikan
8.       Mandiri dalam berusaha
9.       Memiliki militansi diri dalam setiap tindakan
10.    Memberi manfaat kepada orang lain.   
Sepuluh aspek di atas merupakan karakteristik pribadi Muslim yang ideal. Siapa pun yang mampu mewujudkan dalam dirinya, maka ia mampu melaksanakan tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah di atas bumi. Siapa pun yang mampu menunaikannya maka ia akan mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. 

š 

Memahami lebih dalam hakikat Islam sebagai agama yang membawa misi keselamatan dunia dan akhirat dengan bangunan sistemnya yang komprehensif dan universal
  
A. Pengertian Islam
1. Islam Menurut Bahasa
Islama secara etimologis berasal dari bahasa Arab, salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk kata aslama-yuslimu-islam (اسلم – يسلم –اسلام) yang artinya inqad (berserah diri, tunduk, patuh dan ta'at. Maksudnya kepatuhan dan ketundukan yang ditunjukkan kepada Allah swt.
Kata Islam jika dikaitkan dengan asal katanya Islam, dalam al-Qur'an  dijumpai beberapa pengertian;
a.       Aslama (أَسْلَمَ) yang berarti menundukkan wajah.
Kata ini mengandung makna bahwa orang yang menyatakan dirinya beragama Islam senantiasa tunduk terhadap aturan agama dan taat melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Kata ini terdapat di antaranya Q.S. An-Nisa (4) ayat 125
وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا

Artinya : Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menundukkan wajahnya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.
                Abu Ja’far At-Thabary menafsirkan ayat ini dengan indah bahwa, siapakah yang paling baik jalannya, dan paling lurus tuntunannya selain orang yang menundukkan wajahnya sebagai wujud penyerahan diri kepada Allah, ia terpimpin kepada-Nya di dalam ketaatan, membenarkan Nabi Allah Muhammad saw serta apa yang dibawa dari Tuhannya. Senantiasa mengerjakan apa yang diperintahkan Tuhannya, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram (al-Tabari, 2000 : 98)    

b.      Aslama (أَسْلَمَ) yang berarti berserah diri.
Kata ini mengandung arti bahwa orang yang memeluk Islam secara ikhlas  menyerahkan jiwa dan raganya secara totalitas kepada Allah SWT. Kata ini dijumpai dalam Q.S. Ali Imran (3) : 83
أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
Artinya : Apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, Padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.




c.       Salim (سَلِيمٍ) Suci/bersih.
Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang suci dan bersih, yang menjadikan para pemeluknya untuk hidup bersih. Bersih lahir dan batin. Bersih secara lahiriah adalah bersihnya badan dari najis atau kebersihan lingkungan, sedangkan bersih secara batiniah adalah bersihnya hati dari dosa dan penyakit hati seperti iri, dengki, sombong dan penyakit hati lainnya. Dalam Q.S. As-Syu’ara (26) : 88-89
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ  * إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Artinya : hari (akhirat) tiada lagi bermanfaat harta dan anak-anak. Kecuali siapa yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih

d.      Salam (سَلَامٌ) selamat dan sejahtera.
Dari kata ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama selamat dan menyelamatkan. Selamat artinya agama yang diridhai Allah dan terjaga keberadaannya hingga akhir zaman. Menyelamatkan artinya agama yang memberi jaminan keselamatan dan kesejahteraan kepada seluruh umat manusia di dunia dan di akhirat. Kata salam terdapat dalam Q.S. Al-An’am (6) : 54
َإِذَا جَاءَكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِآَيَاتِنَا فَقُلْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ
Artinya : Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu data kepadamu, Maka katakanlah: "Salaamun alaikum[Mudah-mudahan Allah melimpahkan Kesejahteraan atas kamu. Tuhanmu telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang

e.       Al-salam (السَّلْمِ) Kedamaian.
Islam sebagai agama yang diturunkan Allah swt kepada seluruh umat manusia, salah satu misi utamanya adalah menciptakan kedamaian. Islam adalah agama damai. Sebab itu, Islam menentang keras perselisihan, pertengkaran, dan perpecahan. Kata al-salam ditemukan pada Q.S. Muhammad (47) : 35    
فَلَا تَهِنُوا وَتَدْعُوا إِلَى السَّلْمِ وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ وَاللَّهُ مَعَكُمْ وَلَنْ يَتِرَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
Artinya : Janganlah kamu lemah dan minta damai Padahal kamulah yang di atas dan  Allah pun bersamamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amalmu.
Dari kelima arti Islam secara kebahasaan di atas, dapat dipahami bahwa Islam selamanya bermakna kebaikan. Kebaikan yang agung karena bersifat universal. Tidak hanya untuk dinikmati diri pribadi seseorang, tetapi juga orang lain. Kebaikan tersebut bukan hanya untuk komunitas dan kelompok tertentu, tetapi kepada seluruh ummat manusia. Inilah arti kebaikan yang rahmatan lil ‘alamin (kasih sayang untuk seluruh alam).
Kelima arti Islam ini merepresentasikan nilai-nilai kesalehan secara sempurna yang meliputi  kesalehan individu dan keshalehan sosial secara integratif. Islam mengajarkan kepada kita arti penting perserahan diri secara totalitas kepada Allah Yang Maha Kuasa, perserahan diri yang berarti tiada daya dan kekuatan yang dimiliki selain kekuatan Allah swt. Selanjutnya tunduk dan patuh secara bulat terhadap perintah Allah swt selaku hamba-Nya. Dengan taat dan patuh kepada Allah swt, menyerahkan segala urusan kepada-Nya maka akan membawa kepada kedamaian hati dan ketenteraman jiwa. Pada sisi yang lain Islam menekankan pentingnya menjaga kebersamaan mencegah permusuhan demi terwujudnya kedamaian bersama yang selanjutnya akan mengantarkan kepada keselamatan di dunia dan di akhirat.
2. Makna Islam menurut Istilah
                Secara terminologis Islam menurut istilahnya adalah ketundukan terhadap perintah Allah dan larangan-Nya melalui lisan wahyu. Siapa menundukkan hati dan wajahnya kepada Allah swt, tunduk dalam ketaatan dan taat melaksanakan perintah-Nya maka disebut Muslim. Dalam terminologi ini, Islam adalah agama semua Nabi dan Rasul dari Nabi Adam a.s. hingga Nabi Muhammad saw.
Semua Nabi dan Rasul membawa pokok ajaran yang sama yaitu ajaran tauhid (la ila illa Allah). Ajaran tauhid ini merupakan titik temu keislaman para Nabi dan Rasul. Hanya saja syariat setiap Nabi dan Rasul berbeda satu sama lain. Syariat Musa a.s. berbeda dengan Nabi Nuh a.s., Nabi Isa a.s. dan berbeda pula dengan syariat Nabi Muhammad saw.
                Islam mencakup seluruh aspek agama, ‘aqidah, ibadah, keyakinan, perkataan dan perbuatan. Sebab itu berislam berarti meyakini dengan hati, mengakui dengan lisan dan berserah diri kepada Allah swt atas semua yang telah ditentukan. sebagaimana firman Allah swt Q.S. al-Baqarah: 131
إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
Artinya : (Ingatlah) ketika Rabb-nya berfirman kepadanya (Ibrahim), ‘Berserahdirilah!’ Dia menjawab: ‘Aku berserah diri kepada Rabb seluruh alam.
                Rasulullah saw ketika ditanya tentang Islam, ia memberikan jawaban yang berbeda-beda. Talhah bin Ubidillah berkata; seseorang datang kepada Rasulullah saw dan bertanya tentang Islam. Lantas Rasulullah saw mengatakan bahwa Islam itu adalah shalat lima waktu siang dan malam. Ia ditanya, apakah ada selainnya ?. Ia menjawab; tidak ! kecuali kamu menunaikan yang sunnat dan beliau juga menyebutkan kepadanya zakat. Laki-laki bertanya lagi, apakah ada selain hal itu? Beliau menjawab; tidak ada kecuali kamu menunaikan yang sunnat. Rasulullah kemudian meninggalkannya dan berkata; aku tidak akan menambah dan menguranginya lagi, maka beruntunglah orang yang menpercayainya. Dari hadis ini dipahami bahwa Islam adalah shalat lima waktu.
Mua’wiyah bin Haedah pernah berkata; sesungguhnya aku bertanya kepadamu dengan wajah Allah dengan apa Allah mengutusmu kepada kami? Beliau berkata; dengan Islam. Aku bertanya lagi; dan apa tanda-tanda Islam? Beliau berkata ; kamu katakan! Aku menyerahkan diri kepada Allah semata, kemudian menunaikan shalat dan mengeluarkan zakat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Islam adalah ketundukan dan ketaatan kepada Allah swt dengan melaksanakan segala perintah-Nya seperti shalat, puasa, zakat, haji, senantiasa mengesakan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, serta berserah diri kepada-Nya dalam segala urusan dan keputusan.

B. Rukun Islam
                Islam dibangun di atas lima pilar utama yang disebut dengan rukun Islam. Kelima rukun tersebut adalah; mengucapkan dua kalimat syahadat, menunaikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa bulan ramadhan dan naik haji. Kelima rukun Islam ini berdasarkan hadis Nabi saw; 
عَنْ عَبْدِ الله بن عُمَر بن الخَطَّاب رَضِيَ اللهُ تعالى عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِه وَسَلّمِ يَقُوْلُ : بُنِي الإِسْلامُ عَلى خَمْس : شَهَادَةِ أَنْ لا إَلَهَ إِلّا اللهُ وَأَنّ مُحَمّدًا رَسُولُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيْتَاءِ الزَكَاةِ وَحَجِّ الَبْيتِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ ] رواه البخاري ومسلم
Artinya: dari Abdullah bin Umar ra. Berkata; saya mendengar Rasulullah saw bersabda: Islam dibangun di atas lima pilar; bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul-Nya, menunaikan shalat, mengeluarkan zakat, naik haji ke biatullah dan berpuasa bulan ramadhan.
                Kelima rukun Islam saling terkait satu sama lain dan tidak bisa dipisahkan baik dalam keyakinan maupun dalam pengamalannya. berislam tidak hanya cukup mengucapkan dua kalimat syahadat, tetapi wajib diikuti dengan melaksanakan shalat wajib lima waktu, berzakat, berpuasa dan naik haji jika mampu.
                Kalimat syahadat yang kita ucapkan mengandung tiga makna; iqrar (pengakuan atau pernyataan sikap), qasam (sumpah), dan misaq (janji). Ketika kita mengucapkan kalimat syahadat tiada tuhan selain Allah, itu artinya kita sedang membuat pengakuan di hadapan Allah, bersumpah dan membuat janji dengan-Nya untuk senantiasa menyembah dan beribadah kepada-Nya, menjauhi syirik dengan segala bentuknya. Pengakuan yang dibangun, sumpah yang dinyatakan dan janji yang disampaikan berisi keyakinan penuh bahwa; Allahlah yang memberi rezeki sehingga wajib bersyukur kepada-Nya, Allahlah yang Maha Penolong sehingga hanya kepada-Nya memohon pertolongan, Allahlah pemilik segalanya sehingga hanya kepada-Nya meminta, tiada musibah yang terjadi kecuali atas kehendak-Nya sehingga wajib bersabar atas perintah-Nya, tiada yang mampu menghalangi apa yang dikehendaki dan tiada pula yang sanggup memberi sesuatu apa yang tidak dikehendakinya sehingga hanya kepada-Nya berserah diri atas segala urusan hidup dan mati.            
                Kalimat syahadat yang kedua, Muhammad adalah rasul-Nya adalah pengakuan, sumpah dan janji diri untuk menjadikan Muhammad saw sebagai uswah (panutan) dalam kehidupan. Berislam sesuai sunnahnya, berbuat sesuai manhaj yang digariskannya. 
                Pembuktian dalam karya nyata dari syahadat yang diurai dalam bahasa lisan adalah dengan menunaikan shalat lima waktu. Shalat berada di posisi kedua dari rukun Islam menunjukkan bahwa shalat adalah ibadah wajib yang sangat menentukan keabsahan keislaman seseorang.
                Rasulullah saw telah menyatakan bahwa siapa yang meninggalkan shalat dengan sengaja, ia telah kafir secara nyata.
عَنْ بُرَيْدَةَ بْنِ الْحَصِيبِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ :« الْعَهْدُ الَّذِى بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
Artinya: Dari Buraidah bin al-Husaib bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir. H.R. Ibn Majah, al-Nasai, al-Baihaqy, Ibn Hibban
Pada sabdanya yang lain dikatakan bahwa perbedaan antara Muslim dengan kafir adalah shalatnya.
عَنْ جَابِر يَقُولُ سَمِعْتُ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ «إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلاَةِ»  
Artinya: Dari Jabir berkata: Rasulullah saw bersabda: “(Pembatas) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat. H.R. Muslim
                Dalam al-Qur'an  orang yang bermasalah shalatnya diancam dengan neraka tempat kembalinya. Orang yang tidak melaksanakan shalat tempat kembalinya adalah neraka saqar dan orang yang melalaikan shalatnya ancamannya adalah neraka Wail.
                Pembuktian berikutnya dari syahadat yang diucapkan adalah zakat. Mengeluarkan zakat dari harta yang dimiliki setelah mememenuhi syarat dan ketentuanya adalah kewajiban yang tidak bisa ditawar dan ditunda.  Abu Bakar al-Siddiq ketika menjadi khalifah umat Islam, menyatakan perang terbuka kepada orang yang enggan membayar zakat meskipun. Demikian pula puasa ramadhan dan haji adalah pembuktian diri secara nyata dari persaksian diri di hadapan Allah dalam bahasa syahadat.

C. Islam Agama Universal
Menurut Abu A’la Al-Maududi dalam bukunya Cara Hidup Islam (tt:3) menggambarkan bahwa ciri utama ajaran Islam tidak membenarkan suatu pertentangan dan juga pemisahan antara kehidupan ruhani dengan kehidupan duniawi. Islam tidak membatasi dirinya untuk membina ketinggian kerohanian dan akhlaq semata. Sesungguhnya ruang lingkup yang dikemukakannya mencakup semua bidang kehidupan manusia.
Universalitas artinya mencakup segala aspek dan urusan kehidupan manusia. Islam tidak hanya berbicara tentang akhirat, tetapi juga tentang dunia. Islam tidak hanya berbicara dimensi ruhiyah semata sehingga ia terbang ke langit, tetapi juga berbicara tentang realitas dan berpijak di bumi. Islam berbicara tentang hubungan hamba dengan Tuhannya, juga hubungannya dengan sesama hamba Allah. Islam berbicara tentang ibadah mahdhah seperti shalat, puasa ataupun zakat juga berbicara tentang ekonomi, sosial, kesehatan maupun politik.
Universalias merupakan salah satu karakter Islam yang sangat istimewa jika dibandingkan dengan syariat agama dan tatanan buatan manusia. Tiada seorang pun yang meragukannya kecuali orang yang ingkar, sombong, atau mereka yang tidak memahami Islam dengan pemahaman benar
Universalitas Islam berarti memiliki jangkauan yang panjang sehingga berlaku sepanjang zaman. Mempunyai jangkauan yang sangat lebar sehingga berlaku bagi seluruh umat manusia, serta mempunyai jangkauan yang sangat dalam sehingga mencakup seluruh urusan dunia dan akhirat. Islam adalah akidah, Islam adalah akhlak, Islam adalah kesehatan, Islam adalah ekonomi, Islam adalah politik.

D. Muslim yang Ideal
                Muslim yang baik adalah muslim yang berusaha tampil menjadi yang terbaik dalam kebaikannya. Tiada kata lelah dalam berusaha, tiada kata henti dalam berbuat, tiada kata putus asa dalam bertindak, tiada kata berakhir dalam bekerja. Terus bekerja dan berbuat, terus beramal dan berkomopotisi dalam kebaikan. Kompotisi dalam kebaikan merupakan perintah Allah swt. Kompotisi dalam kebaikan dengan sendirinya akan menghasilkan pribadi-pribadi Muslim yang ideal dunia dan akhirat.
                Ada sepuluh standar sosok pribadi Muslim yang ideal
1.        Memiliki kualitas akidah yang lurus
2.       Melaksanakan ibadah dengan baik dan benar
3.       Memiliki moralitas Islam yang mulia
4.      Memiliki fisik kuat dan sehat jasmani
5.       Berilmu dalam berwawasan luas
6.       Memiliki kemampuan pengaturan urusan dengan baik
7.       Sangat menghargai waktunya hanya untuk kebaikan
8.       Mandiri dalam berusaha
9.       Memiliki militansi diri dalam setiap tindakan
10.    Memberi manfaat kepada orang lain.   
Sepuluh aspek di atas merupakan karakteristik pribadi Muslim yang ideal. Siapa pun yang mampu mewujudkan dalam dirinya, maka ia mampu melaksanakan tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah di atas bumi. Siapa pun yang mampu menunaikannya maka ia akan mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. 

š