Memahami lebih dalam hakikat Islam sebagai agama yang membawa misi keselamatan dunia dan akhirat dengan bangunan sistemnya yang komprehensif dan universal
A. Pengertian Islam
1. Islam
Menurut Bahasa
Islama
secara etimologis berasal dari bahasa Arab, salima yang artinya selamat.
Dari kata itu terbentuk kata aslama-yuslimu-islam (اسلم – يسلم –اسلام)
yang artinya inqad (berserah diri, tunduk, patuh dan ta'at. Maksudnya
kepatuhan dan ketundukan yang ditunjukkan kepada Allah swt.
Kata Islam jika dikaitkan dengan asal
katanya Islam, dalam al-Qur'an dijumpai beberapa pengertian;
a.
Aslama (أَسْلَمَ) yang berarti menundukkan wajah.
Kata ini
mengandung makna bahwa orang yang menyatakan dirinya beragama Islam senantiasa
tunduk terhadap aturan agama dan taat melaksanakan perintah Allah dan menjauhi
larangan-Nya. Kata ini terdapat di antaranya Q.S. An-Nisa (4) ayat 125
وَمَنْ
أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ
مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا
Artinya : Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari
pada orang yang ikhlas menundukkan wajahnya kepada Allah, sedang diapun
mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah
mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.
Abu
Ja’far At-Thabary menafsirkan ayat ini dengan indah bahwa, siapakah yang paling
baik jalannya, dan paling lurus tuntunannya selain orang yang menundukkan
wajahnya sebagai wujud penyerahan diri kepada Allah, ia terpimpin kepada-Nya di
dalam ketaatan, membenarkan Nabi Allah Muhammad saw serta apa yang dibawa dari
Tuhannya. Senantiasa mengerjakan apa yang diperintahkan Tuhannya, menghalalkan
yang halal dan mengharamkan yang haram (al-Tabari, 2000 : 98)
b.
Aslama (أَسْلَمَ) yang berarti berserah diri.
Kata ini mengandung arti bahwa orang yang memeluk Islam
secara ikhlas menyerahkan jiwa dan
raganya secara totalitas kepada Allah SWT. Kata ini dijumpai dalam Q.S. Ali Imran (3) : 83
أَفَغَيْرَ
دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
Artinya : Apakah mereka mencari agama yang lain dari
agama Allah, Padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit
dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka
dikembalikan.
c.
Salim
(سَلِيمٍ) Suci/bersih.
Hal ini
menunjukkan bahwa Islam merupakan agama
yang suci dan bersih, yang menjadikan para pemeluknya untuk hidup bersih.
Bersih lahir dan batin. Bersih secara lahiriah adalah bersihnya badan dari
najis atau kebersihan lingkungan, sedangkan bersih secara batiniah adalah
bersihnya hati dari dosa dan penyakit hati seperti iri, dengki, sombong dan
penyakit hati lainnya. Dalam Q.S. As-Syu’ara (26) : 88-89
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ * إِلَّا مَنْ أَتَى
اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Artinya : hari (akhirat) tiada lagi
bermanfaat harta dan anak-anak. Kecuali siapa yang datang kepada Allah dengan
hati yang bersih
d.
Salam
(سَلَامٌ) selamat dan sejahtera.
Dari kata
ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama selamat dan menyelamatkan. Selamat
artinya agama yang diridhai Allah dan terjaga keberadaannya hingga akhir zaman.
Menyelamatkan artinya agama yang memberi jaminan keselamatan dan kesejahteraan
kepada seluruh umat manusia di dunia dan di akhirat. Kata salam terdapat dalam
Q.S. Al-An’am (6) : 54
َإِذَا
جَاءَكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِآَيَاتِنَا فَقُلْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ كَتَبَ
رَبُّكُمْ عَلَى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ
Artinya : Apabila orang-orang yang beriman kepada
ayat-ayat Kami itu data kepadamu, Maka katakanlah: "Salaamun
alaikum[Mudah-mudahan Allah melimpahkan Kesejahteraan atas kamu. Tuhanmu telah
menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang
e.
Al-salam
(السَّلْمِ) Kedamaian.
Islam
sebagai agama yang diturunkan Allah swt kepada seluruh umat manusia, salah satu
misi utamanya adalah menciptakan kedamaian. Islam adalah agama damai. Sebab
itu, Islam menentang keras perselisihan, pertengkaran, dan perpecahan. Kata
al-salam ditemukan pada Q.S. Muhammad (47) : 35
فَلَا
تَهِنُوا وَتَدْعُوا إِلَى السَّلْمِ وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ وَاللَّهُ مَعَكُمْ
وَلَنْ يَتِرَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
Artinya : Janganlah kamu lemah dan minta damai Padahal
kamulah yang di atas dan Allah pun
bersamamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amalmu.
Dari kelima
arti Islam secara kebahasaan di atas, dapat dipahami bahwa Islam selamanya
bermakna kebaikan. Kebaikan yang agung karena bersifat universal. Tidak hanya
untuk dinikmati diri pribadi seseorang, tetapi juga orang lain. Kebaikan
tersebut bukan hanya untuk komunitas dan kelompok tertentu, tetapi kepada
seluruh ummat manusia. Inilah arti kebaikan yang rahmatan lil ‘alamin (kasih
sayang untuk seluruh alam).
Kelima arti
Islam ini merepresentasikan nilai-nilai kesalehan secara sempurna yang
meliputi kesalehan individu dan
keshalehan sosial secara integratif. Islam mengajarkan kepada kita arti penting
perserahan diri secara totalitas kepada Allah Yang Maha Kuasa, perserahan diri
yang berarti tiada daya dan kekuatan yang dimiliki selain kekuatan Allah swt.
Selanjutnya tunduk dan patuh secara bulat terhadap perintah Allah swt selaku
hamba-Nya. Dengan taat dan patuh kepada Allah swt, menyerahkan segala urusan
kepada-Nya maka akan membawa kepada kedamaian hati dan ketenteraman jiwa. Pada
sisi yang lain Islam menekankan pentingnya menjaga kebersamaan mencegah
permusuhan demi terwujudnya kedamaian bersama yang selanjutnya akan
mengantarkan kepada keselamatan di dunia dan di akhirat.
2. Makna Islam
menurut Istilah
Secara
terminologis Islam menurut istilahnya adalah ketundukan terhadap perintah Allah
dan larangan-Nya melalui lisan wahyu. Siapa menundukkan hati dan wajahnya
kepada Allah swt, tunduk dalam ketaatan dan taat melaksanakan perintah-Nya maka
disebut Muslim. Dalam terminologi ini, Islam adalah agama semua Nabi dan Rasul
dari Nabi Adam a.s. hingga Nabi Muhammad saw.
Semua Nabi
dan Rasul membawa pokok ajaran yang sama yaitu ajaran tauhid (la ila illa
Allah). Ajaran tauhid ini merupakan titik temu keislaman para Nabi dan Rasul. Hanya
saja syariat setiap Nabi dan Rasul berbeda satu sama lain. Syariat Musa a.s.
berbeda dengan Nabi Nuh a.s., Nabi Isa a.s. dan berbeda pula dengan syariat
Nabi Muhammad saw.
Islam
mencakup seluruh aspek agama, ‘aqidah, ibadah, keyakinan, perkataan dan
perbuatan. Sebab itu berislam berarti meyakini dengan hati, mengakui dengan
lisan dan berserah diri kepada Allah swt atas semua yang telah ditentukan.
sebagaimana firman Allah swt Q.S. al-Baqarah: 131
إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ
الْعَالَمِينَ
Artinya : (Ingatlah) ketika Rabb-nya berfirman
kepadanya (Ibrahim), ‘Berserahdirilah!’ Dia
menjawab: ‘Aku berserah diri kepada Rabb seluruh alam.
Rasulullah
saw ketika ditanya tentang Islam, ia memberikan jawaban yang berbeda-beda.
Talhah bin Ubidillah berkata; seseorang datang kepada Rasulullah saw dan
bertanya tentang Islam. Lantas Rasulullah saw mengatakan bahwa Islam itu adalah
shalat lima waktu siang dan malam. Ia ditanya, apakah ada selainnya ?. Ia
menjawab; tidak ! kecuali kamu menunaikan yang sunnat dan beliau juga
menyebutkan kepadanya zakat. Laki-laki bertanya lagi, apakah ada selain hal
itu? Beliau menjawab; tidak ada kecuali kamu menunaikan yang sunnat. Rasulullah
kemudian meninggalkannya dan berkata; aku tidak akan menambah dan menguranginya
lagi, maka beruntunglah orang yang menpercayainya. Dari hadis ini dipahami
bahwa Islam adalah shalat lima waktu.
Mua’wiyah
bin Haedah pernah berkata; sesungguhnya aku bertanya kepadamu dengan wajah
Allah dengan apa Allah mengutusmu kepada kami? Beliau berkata; dengan Islam.
Aku bertanya lagi; dan apa tanda-tanda Islam? Beliau berkata ; kamu katakan!
Aku menyerahkan diri kepada Allah semata, kemudian menunaikan shalat dan
mengeluarkan zakat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa Islam adalah ketundukan dan ketaatan kepada Allah swt dengan melaksanakan
segala perintah-Nya seperti shalat, puasa, zakat, haji, senantiasa
mengesakan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, serta
berserah diri kepada-Nya dalam segala urusan dan keputusan.
B. Rukun Islam
Islam
dibangun di atas lima pilar utama yang disebut dengan rukun Islam. Kelima rukun
tersebut adalah; mengucapkan dua kalimat syahadat, menunaikan shalat,
mengeluarkan zakat, berpuasa bulan ramadhan dan naik haji. Kelima rukun Islam
ini berdasarkan hadis Nabi saw;
عَنْ
عَبْدِ الله بن عُمَر بن الخَطَّاب رَضِيَ اللهُ
تعالى عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِه وَسَلّمِ
يَقُوْلُ : بُنِي الإِسْلامُ عَلى خَمْس : شَهَادَةِ أَنْ لا إَلَهَ إِلّا اللهُ وَأَنّ
مُحَمّدًا رَسُولُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيْتَاءِ الزَكَاةِ وَحَجِّ الَبْيتِ
وَصَوْمِ رَمَضَانَ ] رواه البخاري ومسلم
Artinya: dari Abdullah bin Umar ra. Berkata; saya
mendengar Rasulullah saw bersabda: Islam dibangun di atas lima pilar; bersaksi
bahwa tiada tuhan selain Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul-Nya,
menunaikan shalat, mengeluarkan zakat, naik haji ke biatullah dan berpuasa
bulan ramadhan.
Kelima
rukun Islam saling terkait satu sama lain dan tidak bisa dipisahkan baik dalam
keyakinan maupun dalam pengamalannya. berislam tidak hanya cukup mengucapkan
dua kalimat syahadat, tetapi wajib diikuti dengan melaksanakan shalat wajib
lima waktu, berzakat, berpuasa dan naik haji jika mampu.
Kalimat
syahadat yang kita ucapkan mengandung tiga makna; iqrar (pengakuan atau pernyataan
sikap), qasam (sumpah), dan misaq (janji). Ketika kita mengucapkan kalimat
syahadat tiada tuhan selain Allah, itu artinya kita sedang membuat pengakuan di
hadapan Allah, bersumpah dan membuat janji dengan-Nya untuk senantiasa
menyembah dan beribadah kepada-Nya, menjauhi syirik dengan segala bentuknya. Pengakuan
yang dibangun, sumpah yang dinyatakan dan janji yang disampaikan berisi
keyakinan penuh bahwa; Allahlah yang memberi rezeki sehingga wajib bersyukur
kepada-Nya, Allahlah yang Maha Penolong sehingga hanya kepada-Nya memohon
pertolongan, Allahlah pemilik segalanya sehingga hanya kepada-Nya meminta,
tiada musibah yang terjadi kecuali atas kehendak-Nya sehingga wajib bersabar
atas perintah-Nya, tiada yang mampu menghalangi apa yang dikehendaki dan tiada
pula yang sanggup memberi sesuatu apa yang tidak dikehendakinya sehingga hanya
kepada-Nya berserah diri atas segala urusan hidup dan mati.
Kalimat
syahadat yang kedua, Muhammad adalah rasul-Nya adalah pengakuan, sumpah dan
janji diri untuk menjadikan Muhammad saw sebagai uswah (panutan) dalam
kehidupan. Berislam sesuai sunnahnya, berbuat sesuai manhaj yang digariskannya.
Pembuktian
dalam karya nyata dari syahadat yang diurai dalam bahasa lisan adalah dengan
menunaikan shalat lima waktu. Shalat berada di posisi kedua dari rukun Islam
menunjukkan bahwa shalat adalah ibadah wajib yang sangat menentukan keabsahan
keislaman seseorang.
Rasulullah
saw telah menyatakan bahwa siapa yang meninggalkan shalat dengan sengaja, ia
telah kafir secara nyata.
عَنْ
بُرَيْدَةَ بْنِ الْحَصِيبِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ :«
الْعَهْدُ الَّذِى بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ
كَفَرَ
Artinya:
Dari Buraidah bin al-Husaib bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “Perjanjian
antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya
maka dia telah kafir. H.R. Ibn Majah, al-Nasai,
al-Baihaqy, Ibn Hibban
Pada
sabdanya yang lain dikatakan bahwa perbedaan antara Muslim dengan kafir adalah
shalatnya.
عَنْ جَابِر يَقُولُ سَمِعْتُ
النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ «إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ
الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلاَةِ»
Artinya:
Dari Jabir berkata: Rasulullah saw bersabda: “(Pembatas) antara seorang muslim dan
kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat. H.R. Muslim
Dalam
al-Qur'an orang yang bermasalah
shalatnya diancam dengan neraka tempat kembalinya. Orang yang tidak
melaksanakan shalat tempat kembalinya adalah neraka saqar dan orang yang
melalaikan shalatnya ancamannya adalah neraka Wail.
Pembuktian
berikutnya dari syahadat yang diucapkan adalah zakat. Mengeluarkan zakat dari
harta yang dimiliki setelah mememenuhi syarat dan ketentuanya adalah kewajiban
yang tidak bisa ditawar dan ditunda. Abu
Bakar al-Siddiq ketika menjadi khalifah umat Islam, menyatakan perang terbuka
kepada orang yang enggan membayar zakat meskipun. Demikian pula puasa ramadhan
dan haji adalah pembuktian diri secara nyata dari persaksian diri di hadapan
Allah dalam bahasa syahadat.
C. Islam Agama Universal
Menurut Abu
A’la Al-Maududi dalam bukunya Cara Hidup Islam (tt:3) menggambarkan bahwa ciri
utama ajaran Islam tidak membenarkan suatu pertentangan dan juga pemisahan
antara kehidupan ruhani dengan kehidupan duniawi. Islam tidak membatasi dirinya
untuk membina ketinggian kerohanian dan akhlaq semata. Sesungguhnya ruang
lingkup yang dikemukakannya mencakup semua bidang kehidupan manusia.
Universalitas
artinya mencakup segala aspek dan urusan kehidupan manusia. Islam tidak hanya
berbicara tentang akhirat, tetapi juga tentang dunia. Islam tidak hanya
berbicara dimensi ruhiyah semata sehingga ia terbang ke langit, tetapi juga
berbicara tentang realitas dan berpijak di bumi. Islam berbicara tentang
hubungan hamba dengan Tuhannya, juga hubungannya dengan sesama hamba Allah. Islam
berbicara tentang ibadah mahdhah seperti shalat, puasa ataupun zakat juga
berbicara tentang ekonomi, sosial, kesehatan maupun politik.
Universalias
merupakan salah satu karakter Islam yang sangat istimewa jika dibandingkan
dengan syariat agama dan tatanan buatan manusia. Tiada seorang pun yang
meragukannya kecuali orang yang ingkar, sombong, atau mereka yang tidak
memahami Islam dengan pemahaman benar
Universalitas
Islam berarti memiliki jangkauan yang panjang sehingga berlaku sepanjang zaman.
Mempunyai jangkauan yang sangat lebar sehingga berlaku bagi seluruh umat
manusia, serta mempunyai jangkauan yang sangat dalam sehingga mencakup seluruh
urusan dunia dan akhirat. Islam adalah akidah, Islam adalah akhlak, Islam
adalah kesehatan, Islam adalah ekonomi, Islam adalah politik.
D. Muslim yang Ideal
Muslim
yang baik adalah muslim yang berusaha tampil menjadi yang terbaik dalam
kebaikannya. Tiada kata lelah dalam berusaha, tiada kata henti dalam berbuat,
tiada kata putus asa dalam bertindak, tiada kata berakhir dalam bekerja. Terus
bekerja dan berbuat, terus beramal dan berkomopotisi dalam kebaikan. Kompotisi
dalam kebaikan merupakan perintah Allah swt. Kompotisi dalam kebaikan dengan
sendirinya akan menghasilkan pribadi-pribadi Muslim yang ideal dunia dan
akhirat.
Ada
sepuluh standar sosok pribadi Muslim yang ideal
1.
Memiliki
kualitas akidah yang lurus
2.
Melaksanakan
ibadah dengan baik dan benar
3.
Memiliki
moralitas Islam yang mulia
4.
Memiliki
fisik kuat dan sehat jasmani
5.
Berilmu
dalam berwawasan luas
6.
Memiliki
kemampuan pengaturan urusan dengan baik
7.
Sangat
menghargai waktunya hanya untuk kebaikan
8.
Mandiri
dalam berusaha
9.
Memiliki
militansi diri dalam setiap tindakan
10. Memberi manfaat kepada orang
lain.
Sepuluh
aspek di atas merupakan karakteristik pribadi Muslim yang ideal. Siapa pun yang
mampu mewujudkan dalam dirinya, maka ia mampu melaksanakan tugasnya sebagai
hamba Allah dan khalifah di atas bumi. Siapa pun yang mampu menunaikannya maka
ia akan mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.
Memahami lebih dalam hakikat Islam sebagai agama yang membawa misi keselamatan dunia dan akhirat dengan bangunan sistemnya yang komprehensif dan universal
A. Pengertian Islam
1. Islam
Menurut Bahasa
Islama
secara etimologis berasal dari bahasa Arab, salima yang artinya selamat.
Dari kata itu terbentuk kata aslama-yuslimu-islam (اسلم – يسلم –اسلام)
yang artinya inqad (berserah diri, tunduk, patuh dan ta'at. Maksudnya
kepatuhan dan ketundukan yang ditunjukkan kepada Allah swt.
Kata Islam jika dikaitkan dengan asal
katanya Islam, dalam al-Qur'an dijumpai beberapa pengertian;
a.
Aslama (أَسْلَمَ) yang berarti menundukkan wajah.
Kata ini
mengandung makna bahwa orang yang menyatakan dirinya beragama Islam senantiasa
tunduk terhadap aturan agama dan taat melaksanakan perintah Allah dan menjauhi
larangan-Nya. Kata ini terdapat di antaranya Q.S. An-Nisa (4) ayat 125
وَمَنْ
أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ
مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا
Artinya : Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari
pada orang yang ikhlas menundukkan wajahnya kepada Allah, sedang diapun
mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah
mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.
Abu
Ja’far At-Thabary menafsirkan ayat ini dengan indah bahwa, siapakah yang paling
baik jalannya, dan paling lurus tuntunannya selain orang yang menundukkan
wajahnya sebagai wujud penyerahan diri kepada Allah, ia terpimpin kepada-Nya di
dalam ketaatan, membenarkan Nabi Allah Muhammad saw serta apa yang dibawa dari
Tuhannya. Senantiasa mengerjakan apa yang diperintahkan Tuhannya, menghalalkan
yang halal dan mengharamkan yang haram (al-Tabari, 2000 : 98)
b.
Aslama (أَسْلَمَ) yang berarti berserah diri.
Kata ini mengandung arti bahwa orang yang memeluk Islam
secara ikhlas menyerahkan jiwa dan
raganya secara totalitas kepada Allah SWT. Kata ini dijumpai dalam Q.S. Ali Imran (3) : 83
أَفَغَيْرَ
دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
Artinya : Apakah mereka mencari agama yang lain dari
agama Allah, Padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit
dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka
dikembalikan.
c.
Salim
(سَلِيمٍ) Suci/bersih.
Hal ini
menunjukkan bahwa Islam merupakan agama
yang suci dan bersih, yang menjadikan para pemeluknya untuk hidup bersih.
Bersih lahir dan batin. Bersih secara lahiriah adalah bersihnya badan dari
najis atau kebersihan lingkungan, sedangkan bersih secara batiniah adalah
bersihnya hati dari dosa dan penyakit hati seperti iri, dengki, sombong dan
penyakit hati lainnya. Dalam Q.S. As-Syu’ara (26) : 88-89
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ * إِلَّا مَنْ أَتَى
اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Artinya : hari (akhirat) tiada lagi
bermanfaat harta dan anak-anak. Kecuali siapa yang datang kepada Allah dengan
hati yang bersih
d.
Salam
(سَلَامٌ) selamat dan sejahtera.
Dari kata
ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama selamat dan menyelamatkan. Selamat
artinya agama yang diridhai Allah dan terjaga keberadaannya hingga akhir zaman.
Menyelamatkan artinya agama yang memberi jaminan keselamatan dan kesejahteraan
kepada seluruh umat manusia di dunia dan di akhirat. Kata salam terdapat dalam
Q.S. Al-An’am (6) : 54
َإِذَا
جَاءَكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِآَيَاتِنَا فَقُلْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ كَتَبَ
رَبُّكُمْ عَلَى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ
Artinya : Apabila orang-orang yang beriman kepada
ayat-ayat Kami itu data kepadamu, Maka katakanlah: "Salaamun
alaikum[Mudah-mudahan Allah melimpahkan Kesejahteraan atas kamu. Tuhanmu telah
menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang
e.
Al-salam
(السَّلْمِ) Kedamaian.
Islam
sebagai agama yang diturunkan Allah swt kepada seluruh umat manusia, salah satu
misi utamanya adalah menciptakan kedamaian. Islam adalah agama damai. Sebab
itu, Islam menentang keras perselisihan, pertengkaran, dan perpecahan. Kata
al-salam ditemukan pada Q.S. Muhammad (47) : 35
فَلَا
تَهِنُوا وَتَدْعُوا إِلَى السَّلْمِ وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ وَاللَّهُ مَعَكُمْ
وَلَنْ يَتِرَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
Artinya : Janganlah kamu lemah dan minta damai Padahal
kamulah yang di atas dan Allah pun
bersamamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amalmu.
Dari kelima
arti Islam secara kebahasaan di atas, dapat dipahami bahwa Islam selamanya
bermakna kebaikan. Kebaikan yang agung karena bersifat universal. Tidak hanya
untuk dinikmati diri pribadi seseorang, tetapi juga orang lain. Kebaikan
tersebut bukan hanya untuk komunitas dan kelompok tertentu, tetapi kepada
seluruh ummat manusia. Inilah arti kebaikan yang rahmatan lil ‘alamin (kasih
sayang untuk seluruh alam).
Kelima arti
Islam ini merepresentasikan nilai-nilai kesalehan secara sempurna yang
meliputi kesalehan individu dan
keshalehan sosial secara integratif. Islam mengajarkan kepada kita arti penting
perserahan diri secara totalitas kepada Allah Yang Maha Kuasa, perserahan diri
yang berarti tiada daya dan kekuatan yang dimiliki selain kekuatan Allah swt.
Selanjutnya tunduk dan patuh secara bulat terhadap perintah Allah swt selaku
hamba-Nya. Dengan taat dan patuh kepada Allah swt, menyerahkan segala urusan
kepada-Nya maka akan membawa kepada kedamaian hati dan ketenteraman jiwa. Pada
sisi yang lain Islam menekankan pentingnya menjaga kebersamaan mencegah
permusuhan demi terwujudnya kedamaian bersama yang selanjutnya akan
mengantarkan kepada keselamatan di dunia dan di akhirat.
2. Makna Islam
menurut Istilah
Secara
terminologis Islam menurut istilahnya adalah ketundukan terhadap perintah Allah
dan larangan-Nya melalui lisan wahyu. Siapa menundukkan hati dan wajahnya
kepada Allah swt, tunduk dalam ketaatan dan taat melaksanakan perintah-Nya maka
disebut Muslim. Dalam terminologi ini, Islam adalah agama semua Nabi dan Rasul
dari Nabi Adam a.s. hingga Nabi Muhammad saw.
Semua Nabi
dan Rasul membawa pokok ajaran yang sama yaitu ajaran tauhid (la ila illa
Allah). Ajaran tauhid ini merupakan titik temu keislaman para Nabi dan Rasul. Hanya
saja syariat setiap Nabi dan Rasul berbeda satu sama lain. Syariat Musa a.s.
berbeda dengan Nabi Nuh a.s., Nabi Isa a.s. dan berbeda pula dengan syariat
Nabi Muhammad saw.
Islam
mencakup seluruh aspek agama, ‘aqidah, ibadah, keyakinan, perkataan dan
perbuatan. Sebab itu berislam berarti meyakini dengan hati, mengakui dengan
lisan dan berserah diri kepada Allah swt atas semua yang telah ditentukan.
sebagaimana firman Allah swt Q.S. al-Baqarah: 131
إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ
الْعَالَمِينَ
Artinya : (Ingatlah) ketika Rabb-nya berfirman
kepadanya (Ibrahim), ‘Berserahdirilah!’ Dia
menjawab: ‘Aku berserah diri kepada Rabb seluruh alam.
Rasulullah
saw ketika ditanya tentang Islam, ia memberikan jawaban yang berbeda-beda.
Talhah bin Ubidillah berkata; seseorang datang kepada Rasulullah saw dan
bertanya tentang Islam. Lantas Rasulullah saw mengatakan bahwa Islam itu adalah
shalat lima waktu siang dan malam. Ia ditanya, apakah ada selainnya ?. Ia
menjawab; tidak ! kecuali kamu menunaikan yang sunnat dan beliau juga
menyebutkan kepadanya zakat. Laki-laki bertanya lagi, apakah ada selain hal
itu? Beliau menjawab; tidak ada kecuali kamu menunaikan yang sunnat. Rasulullah
kemudian meninggalkannya dan berkata; aku tidak akan menambah dan menguranginya
lagi, maka beruntunglah orang yang menpercayainya. Dari hadis ini dipahami
bahwa Islam adalah shalat lima waktu.
Mua’wiyah
bin Haedah pernah berkata; sesungguhnya aku bertanya kepadamu dengan wajah
Allah dengan apa Allah mengutusmu kepada kami? Beliau berkata; dengan Islam.
Aku bertanya lagi; dan apa tanda-tanda Islam? Beliau berkata ; kamu katakan!
Aku menyerahkan diri kepada Allah semata, kemudian menunaikan shalat dan
mengeluarkan zakat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa Islam adalah ketundukan dan ketaatan kepada Allah swt dengan melaksanakan
segala perintah-Nya seperti shalat, puasa, zakat, haji, senantiasa
mengesakan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, serta
berserah diri kepada-Nya dalam segala urusan dan keputusan.
B. Rukun Islam
Islam
dibangun di atas lima pilar utama yang disebut dengan rukun Islam. Kelima rukun
tersebut adalah; mengucapkan dua kalimat syahadat, menunaikan shalat,
mengeluarkan zakat, berpuasa bulan ramadhan dan naik haji. Kelima rukun Islam
ini berdasarkan hadis Nabi saw;
عَنْ
عَبْدِ الله بن عُمَر بن الخَطَّاب رَضِيَ اللهُ
تعالى عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِه وَسَلّمِ
يَقُوْلُ : بُنِي الإِسْلامُ عَلى خَمْس : شَهَادَةِ أَنْ لا إَلَهَ إِلّا اللهُ وَأَنّ
مُحَمّدًا رَسُولُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيْتَاءِ الزَكَاةِ وَحَجِّ الَبْيتِ
وَصَوْمِ رَمَضَانَ ] رواه البخاري ومسلم
Artinya: dari Abdullah bin Umar ra. Berkata; saya
mendengar Rasulullah saw bersabda: Islam dibangun di atas lima pilar; bersaksi
bahwa tiada tuhan selain Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul-Nya,
menunaikan shalat, mengeluarkan zakat, naik haji ke biatullah dan berpuasa
bulan ramadhan.
Kelima
rukun Islam saling terkait satu sama lain dan tidak bisa dipisahkan baik dalam
keyakinan maupun dalam pengamalannya. berislam tidak hanya cukup mengucapkan
dua kalimat syahadat, tetapi wajib diikuti dengan melaksanakan shalat wajib
lima waktu, berzakat, berpuasa dan naik haji jika mampu.
Kalimat
syahadat yang kita ucapkan mengandung tiga makna; iqrar (pengakuan atau pernyataan
sikap), qasam (sumpah), dan misaq (janji). Ketika kita mengucapkan kalimat
syahadat tiada tuhan selain Allah, itu artinya kita sedang membuat pengakuan di
hadapan Allah, bersumpah dan membuat janji dengan-Nya untuk senantiasa
menyembah dan beribadah kepada-Nya, menjauhi syirik dengan segala bentuknya. Pengakuan
yang dibangun, sumpah yang dinyatakan dan janji yang disampaikan berisi
keyakinan penuh bahwa; Allahlah yang memberi rezeki sehingga wajib bersyukur
kepada-Nya, Allahlah yang Maha Penolong sehingga hanya kepada-Nya memohon
pertolongan, Allahlah pemilik segalanya sehingga hanya kepada-Nya meminta,
tiada musibah yang terjadi kecuali atas kehendak-Nya sehingga wajib bersabar
atas perintah-Nya, tiada yang mampu menghalangi apa yang dikehendaki dan tiada
pula yang sanggup memberi sesuatu apa yang tidak dikehendakinya sehingga hanya
kepada-Nya berserah diri atas segala urusan hidup dan mati.
Kalimat
syahadat yang kedua, Muhammad adalah rasul-Nya adalah pengakuan, sumpah dan
janji diri untuk menjadikan Muhammad saw sebagai uswah (panutan) dalam
kehidupan. Berislam sesuai sunnahnya, berbuat sesuai manhaj yang digariskannya.
Pembuktian
dalam karya nyata dari syahadat yang diurai dalam bahasa lisan adalah dengan
menunaikan shalat lima waktu. Shalat berada di posisi kedua dari rukun Islam
menunjukkan bahwa shalat adalah ibadah wajib yang sangat menentukan keabsahan
keislaman seseorang.
Rasulullah
saw telah menyatakan bahwa siapa yang meninggalkan shalat dengan sengaja, ia
telah kafir secara nyata.
عَنْ
بُرَيْدَةَ بْنِ الْحَصِيبِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ :«
الْعَهْدُ الَّذِى بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ
كَفَرَ
Artinya:
Dari Buraidah bin al-Husaib bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “Perjanjian
antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya
maka dia telah kafir. H.R. Ibn Majah, al-Nasai,
al-Baihaqy, Ibn Hibban
Pada
sabdanya yang lain dikatakan bahwa perbedaan antara Muslim dengan kafir adalah
shalatnya.
عَنْ جَابِر يَقُولُ سَمِعْتُ
النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ «إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ
الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلاَةِ»
Artinya:
Dari Jabir berkata: Rasulullah saw bersabda: “(Pembatas) antara seorang muslim dan
kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat. H.R. Muslim
Dalam
al-Qur'an orang yang bermasalah
shalatnya diancam dengan neraka tempat kembalinya. Orang yang tidak
melaksanakan shalat tempat kembalinya adalah neraka saqar dan orang yang
melalaikan shalatnya ancamannya adalah neraka Wail.
Pembuktian
berikutnya dari syahadat yang diucapkan adalah zakat. Mengeluarkan zakat dari
harta yang dimiliki setelah mememenuhi syarat dan ketentuanya adalah kewajiban
yang tidak bisa ditawar dan ditunda. Abu
Bakar al-Siddiq ketika menjadi khalifah umat Islam, menyatakan perang terbuka
kepada orang yang enggan membayar zakat meskipun. Demikian pula puasa ramadhan
dan haji adalah pembuktian diri secara nyata dari persaksian diri di hadapan
Allah dalam bahasa syahadat.
C. Islam Agama Universal
Menurut Abu
A’la Al-Maududi dalam bukunya Cara Hidup Islam (tt:3) menggambarkan bahwa ciri
utama ajaran Islam tidak membenarkan suatu pertentangan dan juga pemisahan
antara kehidupan ruhani dengan kehidupan duniawi. Islam tidak membatasi dirinya
untuk membina ketinggian kerohanian dan akhlaq semata. Sesungguhnya ruang
lingkup yang dikemukakannya mencakup semua bidang kehidupan manusia.
Universalitas
artinya mencakup segala aspek dan urusan kehidupan manusia. Islam tidak hanya
berbicara tentang akhirat, tetapi juga tentang dunia. Islam tidak hanya
berbicara dimensi ruhiyah semata sehingga ia terbang ke langit, tetapi juga
berbicara tentang realitas dan berpijak di bumi. Islam berbicara tentang
hubungan hamba dengan Tuhannya, juga hubungannya dengan sesama hamba Allah. Islam
berbicara tentang ibadah mahdhah seperti shalat, puasa ataupun zakat juga
berbicara tentang ekonomi, sosial, kesehatan maupun politik.
Universalias
merupakan salah satu karakter Islam yang sangat istimewa jika dibandingkan
dengan syariat agama dan tatanan buatan manusia. Tiada seorang pun yang
meragukannya kecuali orang yang ingkar, sombong, atau mereka yang tidak
memahami Islam dengan pemahaman benar
Universalitas
Islam berarti memiliki jangkauan yang panjang sehingga berlaku sepanjang zaman.
Mempunyai jangkauan yang sangat lebar sehingga berlaku bagi seluruh umat
manusia, serta mempunyai jangkauan yang sangat dalam sehingga mencakup seluruh
urusan dunia dan akhirat. Islam adalah akidah, Islam adalah akhlak, Islam
adalah kesehatan, Islam adalah ekonomi, Islam adalah politik.
D. Muslim yang Ideal
Muslim
yang baik adalah muslim yang berusaha tampil menjadi yang terbaik dalam
kebaikannya. Tiada kata lelah dalam berusaha, tiada kata henti dalam berbuat,
tiada kata putus asa dalam bertindak, tiada kata berakhir dalam bekerja. Terus
bekerja dan berbuat, terus beramal dan berkomopotisi dalam kebaikan. Kompotisi
dalam kebaikan merupakan perintah Allah swt. Kompotisi dalam kebaikan dengan
sendirinya akan menghasilkan pribadi-pribadi Muslim yang ideal dunia dan
akhirat.
Ada
sepuluh standar sosok pribadi Muslim yang ideal
1.
Memiliki
kualitas akidah yang lurus
2.
Melaksanakan
ibadah dengan baik dan benar
3.
Memiliki
moralitas Islam yang mulia
4.
Memiliki
fisik kuat dan sehat jasmani
5.
Berilmu
dalam berwawasan luas
6.
Memiliki
kemampuan pengaturan urusan dengan baik
7.
Sangat
menghargai waktunya hanya untuk kebaikan
8.
Mandiri
dalam berusaha
9.
Memiliki
militansi diri dalam setiap tindakan
10. Memberi manfaat kepada orang
lain.
Sepuluh
aspek di atas merupakan karakteristik pribadi Muslim yang ideal. Siapa pun yang
mampu mewujudkan dalam dirinya, maka ia mampu melaksanakan tugasnya sebagai
hamba Allah dan khalifah di atas bumi. Siapa pun yang mampu menunaikannya maka
ia akan mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar