Selasa, 15 September 2009

MATERI I : Prinsip-Prinsip Ajaran Islam

A. Mengenal Hakekat Islam
Islam merupakan agama terakhir yang diturunkan Allah swt kepada Nabi Muhammad bin Abdullah saw. Sebagai agama samawi yang terakhir, Islam hadir sebagai agama yang berlaku sepanjang zaman dan di setiap waktu dan tempat. Ajarannya sempurna dan menyempurnakan. Sempurna karena mencakup segala aspek kehidupan, dan menyempurnakan agama samawi yang telah datang sebelumnya. Islam adalah agama yang universal. Ajarannya integratif antara satu dengan yang lainnya, seimbang secara proporsional, dan tidak memisahkan urasan duniawi dengan urusan ukhrawi.
وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Q.S. Al-Qashas : 77

1. Makna Islam
a. Lafadz (kata) Islam Dalam Al-Quran
Kata Islam berasal dari bahasa Arab aslama – yaslimu – islaman. Secara lafziyah (kata), Al-Quran menyebutkannya di beberapa tempat dengan arti yang berbeda ;

1. Menundukkan wajah. Q.S. An-Nisa (4) ayat 125.

وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا
Artinya : Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menundukkan wajahnya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.

Abu Ja’far At-Thabary menafsirkan ayat ini dengan indah bahwa, siapakah yang paling baik jalannya, dan paling lurus tuntunannya selain orang yang menundukkan wajahnya sebagai wujud penyerahan diri kepada Allah, ia terpimpin kepada-Nya di dalam ketaatan, membenarkan Nabi Allah Muhammad saw serta apa yang dibawa dari Tuhannya. Senantiasa mengerjakan apa yang diperintahkan Tuhannya, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram (At-Thabary, 2000 : 98)

2. Berserah Diri. Q.S. Ali Imran (3) : 83
أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
Artinya : Apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, Padahal kepada-Nya-lah
menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.

3. Suci/bersih. Q.S. As-Syu’ara (26) : 88-89
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ * إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Artinya : hari (akhirat) tiada lagi bermanfaat harta dan anak-anak. Kecuali siapa yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih

4. Selamat Sejahtera. Q.S. Al-An’am (6) : 54
َإِذَا جَاءَكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِآَيَاتِنَا فَقُلْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ
Artinya : Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu data kepadamu, Maka katakanlah: "Salaamun alaikum[Mudah-mudahan Allah melimpahkan Kesejahteraan atas kamu. Tuhanmu telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang

5. Kedamaian. Q.S. Muhammad (47) : 35
فَلَا تَهِنُوا وَتَدْعُوا إِلَى السَّلْمِ وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ وَاللَّهُ مَعَكُمْ وَلَنْ يَتِرَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
Artinya : Janganlah kamu lemah dan minta damai Padahal kamulah yang di atas dan
Allah pun bersamamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amalmu.

Dari kelima arti lafziyah Islam ini, dapat dipahami bahwa kata Islam selalu bermakna kebaikan. Yaitu kebaikan yang agung karena bersifat universal. Tidak hanya untuk dinikmati diri pribadi seseorang, tetapi juga diperuntukkan untuk orang. Kebaikan tersebut bukan hanya untuk komunitas dan kelompok tertentu, tetapi kepada seluruh ummat manusia. Inilah arti kebaikan yang rahmatan lil ‘alamin (kasih sayang untuk seluruh alam).
Lima arti Islam ini merepresentasikan nilai-nilai keshalehan yang sempurna yang mencakup keshalehan sosial dan keshalehan individu secara integratif. Di satu sisi Islam mengajarkan kepada kita arti penting kepasrahan dan ketundukan kepada Yang Maha Berkehendak, kepasrahan yang tiada daya dan kekuatan selain kekuatan-Nya. Dengan ketundukan dan penyerahan diri secara bulat kepada Allah akan membawa kepada kedamaian hati dan ketenteraman jiwa. Pada sisi yang lain menekankan pentingnya menjaga kebersamaan sesama manusia dalam naungan damai dan kecintaan. Menciptakan keselamatan secara menyeluruh.
b. Islam menurut Hadits Rasulullah saw
Menyelami samudra hadits yang begitu luas, ada beberapa hadits yang mengetengahkan pengertian Islam, di antaranya ;
Pertama; Islam adalah salah lima waktu. hadits dari Talhah bin Abuidillah berkata; seseorang (laki-laki) datang kepada Rasulullah saw dan bertanya tentang Islam. Lantas Rasulullah saw mengatakan bahwa Islam itu adalah shalat lima waktu siang dan malam. Ia ditanya, apakah ada selainnya ?. Ia menjawab; tidak ! kecuali kamu menunaikan yang sunnat dan beliau juga menyebutkan kepadanya zakat. Laki-laki bertanya lagi, apakah ada selain hal itu? Beliau menjawab; tidak ada kecuali kamu menunaikan yang sunnat. Rasulullah kemudian meninggalkannya dan berkata; aku tidak akan menambah dan menguranginya lagi, maka beruntunglah orang yang menpercayainya. Hadits riwayat imam enam kecuali Tirmizy.
Kedua. Mua’wiyah bin Haedah pernah berkata : sesungguhnya aku bertanya kepadamu dengan wajah Allah dengan apa Allah mengutusmu kepada kami? Beliau berkata; dengan Islam. Aku bertanya lagi; dan apa tanda-tanda Islam? Beliau berkata ; kamu katakan! Aku menyerahkan diri kepada Allah semata, menunaikan shalat, mengeluarkan zakat, ......Hadits riwayat An-Nasay.
Ketiga. Dari Abdullah bin Umar menyebutkan bahwa Malaikat Jibril datang bertanya kepada Rasulullah tentang Islam, maka beliau menjawab Islam itu adalah bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, menunaikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa di bulan ramadhan, dan berhaji bagi yang mampu.
Dari ketiga hadits tersebut, hadits ketiga mencakup secara keseluruhan makna Islam. Hadits inilah juga menjadi dalil rukun Islam.
Dengan demikian dapat dipahami bahwasanya Islam adalah agama yang mengajarkan kebenaran, mengajarkan kebaikan dan keindahan yang berdasarkan al-Quran dan sunnah rasulullah saw. Islam adalah agama yang menentang kedzaliman, penyimpangan, penindasan, kekerasan, dan segalah bentuk kejahiliyahan (kebodohan). Islam menentang segala bentuk kejahiliyahan yang terjadi di masyarakat.
Ketika Abu Dzar al-Ghifari, salah seorang sahabat Rasulullah saw melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan Islam, ia ditegur dengan keras oleh Rasulullah saw, : “sesungguhnya pada perbuatanmu itu adalah kejahiliyahan”. Sekecil apapun dari perbuatan manusia jika bertentangan dengan Islam dapat dikategorikan sebagai perbuatan jahiliyah.

Sebab itu dapatlah dikatakan bahwa Islam adalah gabungan dari ayat-ayat Al-Quran, hadits Nabi dan nash nash yang ditafsirkan oleh akal pikiran melalui batasan bahasa dan kaidah-kaidahnya
2. Universalitas Islam (syumuliatul Islam)
Menurut Abu A’la Al-Maududi dalam bukunya Cara Hidup Islam (tt:3) menggambarkan bahwa ciri utama ajaran Islam tidak membenarkan suatu pertentangan dan juga pemisahan antara kehidupan ruhani dengan kehidupan duniawi. Islam tidak membatasi dirinya untuk membina ketinggian kerohanian dan akhlaq semata. Sesungguhnya ruang lingkup yang dikemukakannya mencakup semua bidang kehidupan manusia.
Universalitas artinya mencakup segala aspek dan urusan kehidupan manusia. Islam tidak hanya berbicara tentang akhirat, tetapi juga tentang dunia. Islam tidak hanya berbicara dimensi ruhiyah semata sehingga ia terbang kelangit sana, tetapi juga berbicara tentang realitas dan berpijak di bumi. Islam berbicara tentang hubungan hamba dengan Tuhannya, juga hubungannya dengan sesama hamba Allah. islam berbicara tentang ibadah mahdhah seperti shalat, puasa ataupun zakat juga berbicara tentang ekonomi, sosial, maupun politik.
Universalias merupakan salah satu karakter Islam yang sangat istimewa jika dibandingkan dengan syariat agama dan tatanan buatan manusia. Realitas Islam telah adalah bukti. Baik teori maupun prakteknya telah menunjukkan semua itu. Tiada keraguan di dalamnya sebagai petunjuk, furqan (pembeda antara hak dan bathil), penawar, dan rahmat. Tiada seorang pun yang meragukannya kecuali orang yang ingkar, sombong, atau mereka yang tidak memahami Islam dengan pemahaman benar sebagaimana islam diturunkan dan diamalkan oleh generasi terbaik.
Universalitas Islam berarti memiliki jangkauan yang panjang sehingga berlaku sepanjang zaman. Mempunyai jangkauan yang sangat lebar sehingga berlaku bagi seluruh ummat. Dan jangkauan yang sangat dalam sehingga mencakup seluruh urusan dunia dan akhirat. Maka sebagai sistem yang universal, Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan ummat, akhlaq dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan sumber daya alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana ia adalah aqidah yang lurus dan ibadah benar tidak kurang dan tidak lebih (Al-Wasyli, 2001 :33).
Al-Quran sebagai referensi utama dan pertama syariat Islam, di dalamnya termaktub ayata-ayat yang berbicara secara global kehidupan manusia dalam segala aspeknya. Beberapa aspek tersebut tergambar pada ayat-ayat berikut ;
1. Islam sebagai negara dan berbicara tentang kenegaraan, dengan adanya perintah untuk selalu bermusyawarah (Q.S. 3 : 159). Selain itu mizan (neraca)yang termaktub dalam al-Quran memberikan isyarat untuk berlaku adil antar sesama manusia dalam memberlakukan hukum hukum padanya.
2. Islam berbicara kepemimpinan dengan diperintahkannya mengikuti pemimpin (Q.S. 4 : 59).
3. Islam adalah ekonomi dan berbicara tentang perokonomian (Q.S. Al-Baqarah :
4. Islam adalah kasih sayang dan rahmat (Q.S. Ghafir : 7)
5. Islam dan hubungan dengan non-Muslim (Q.S. Al-Mumtahanah : 8)
6. Islam dan utang piutang (Q.S. Al-Baqarah : 282)
7. Islam berbicara masa menyusui (Q.S. Al-Baqarah : 232)
8. Islam berbicara tentang wanita haid (Q.S. Al-Baqarah :222) dll.

Sayyid Hawwa (1987 :10) merincikan universalitas Islam sebagai berikut :
• Islam adalah aqidah yang tergambar dalam dua kalimat syahadat dan rukun Iman yang enam.
• Islam adalah ibadah yang tergambar dalam shalat, zakat, puasa, dan haji. Islam adalah
• Bahwasanya Islam adalah bangunan yang berdiri di atas kedua pondasi (aqidah dan ibadah). Bangunan itu adalah manhaj (konsep) hidup menurut Islam. Seperti konsep politik, konsep ekonomi, konsep moral, konsep kemiliteran, konsep sosial dsb.
• Dan Bahwasanya Islam memiliki penopang sebagai jalan untuk bisa menunaikan Islam. Seperti jihad, amar ma’ruf nahi mungkar.


Islam Penopang Jihad, Amar maruf dan nahi mungkar, hukum
Bina (bangunan) Konsep hidup Konsep politik, ekonomi, sosial, moral, militer, pendidikan, budaya dsb.
Arkan (landasan) Ibadah Shalat, puasa, zakat, dan haji
Aqidah Dua kalimat syahadat dan enam rukun Iman

3. Sumber Utama Ajaran Islam
Sumber (referensi) tertinggi dalam Islam dibatasi oleh dua sumber ilahi yang ma’sum. Yaitu al-Quran dan sunnah Nabi saw. Keduanya bersumber dari satu sumber dan satu rujukan, yakni wahyu Ilahi, baik berupa wahyu yang jelas dan terbaca yakni al-Quran ataupun wahyu yang tidak jelas dan tidak terbaca yakni sunnah Rasulullah saw (Qardhawi, 1997 : 7).
Islam dipahami dan diamalkan dari kedua sumber utama ini. Kitab suci Al-Quran yang memuat firman Allah swt, dan hadits yang memuat sunnah rasulullah saw. Keduanya wajib menjadi bagian dari diri dalam menjalani hidup. Keselamatan dan hidup di dunia dan diakhirat adalah dengan berpegang teguh kepada keduanya, dan ketersesatan menanti di hadapan perjalan hidup kita jika tidak mengabaikan dan tidak mengindahkan tuntunan-tuntunannya.
Disamping keduanya sebagai referensi utama ummat manusia dan petunjuk dalam menjalani kehidupan, Allah swt melengkapi manusia dengan akal sebagai alat utama dalam mengelola hidupnya. Aqal adalah alat menghasilkan rayu (pendapat). Dalam Islam akal menjadi komponen penting dalam melaksanakan syariat. Semua hukum Islam dilaksanakan, syarat utamanya adalah berakal. Dengan akal, manusia menafsirkan al-Quran dan hadits nabi, memberikan penjelasan, dan kemudian mengambil kesimpulan hukum.
Sumber utama ajaran Islam terumuskan dalam satu hadits yang memberitakan dialog Rasulullah saw dengan Muaz bin Jabal.
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا أَرَادَ أَنْ يَبْعَثَ مُعَاذًا إِلَى الْيَمَنِ قَالَ كَيْفَ تَقْضِي إِذَا عَرَضَ لَكَ قَضَاءٌ قَالَ أَقْضِي بِكِتَابِ اللَّهِ قَالَ فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فِي كِتَابِ اللَّهِ قَالَ فَبِسُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فِي سُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا فِي كِتَابِ اللَّهِ قَالَ أَجْتَهِدُ رَأْيِي (رواه ابو داود)
Artinya : Ketika Rasulullah saw akan mengutus Muaz ke Yaman, Nabi bertanya kepadanya; “bagaimana cara kamu menyelesaikan jika menghadapi suatu masalah?” ia menjawab; “aku selesaikan dengan kitab Allah”. Nabi berkata “Jika kamu tidak menemukan di dalam kitab Allah ?”. ia menjawab, “maka dengan sunnah Rasulullah saw”. Nabi berkata, “jika kamu tidak menemukan di dalam sunnah dan juga tidak ada di dalam kitab Allah?”. ia menjawab, “aku akan berijtihad dengan pendapatku”
Penjelasan hadits di atas memberikan gambaran yang jelas bahwa Islam tidak bisa dilepaskan dari al-Quran, sunnah Nabi dan ra’yu (pendapat) akal. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa Islam bersumber dari dua referensi dan sumber pokok; 1). Sumber ilahi yang ma’sum yaitu al-Quran dan sunnah Nabi. 2). Sumber olahan akal sehat manusia yang menghasilkan pendapat.
Dari kedua sumber pokok ini kemudian ulama fiqh menetapkan empat sumber utama ajaran Islam yang disepakati; al-Quran, sunnah, ijma (konsensus) dan qiyas (analogi).
1. Al-Quran : adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui perantaraan malaikat Jibril, dinukil (sampai) hingga kepada kita secara mutawatir (pasti kebenarannya). Dengan membacanya adalah ibadah, dimulai dengan surat al-fatihah dan diakhiri dengan surat an-nnas.
Al-Quran adalah kitab suci yang terakhir diturunkan Allah kepada ummat manusia. ia merupakan kitab suci bagi ummat Islam. diturunkan selama lebih dari 22 tahun di dua periode; periode Mekkah dan periode Madinah. Ia terdiri dari 114 surat, 30 juz, dan 6665 ayat.
2. Sunnah Nabi. Sunnah sering juga disebut dengan hadits: yaitu apa yang disandarkan kepada Rasulullah saw dari perkataan, perbuatan, dan ketetapan beliau, termasuk sifat dan hal ihwalnya.
3. Ijma (konsensus): yakni tekad bulat untuk melaksanakan sesuatu atau kesepakatan bersama atas sesuatu hukum atau peristiwa. Seperti kesepakatan sahabat membukukan ayat suci al-Quran pada masa khalifah Abu Bakar r.a. yang belum dilakukan pada masa Rasulullah saw.
4. Qiyas (analogi); menyertakan suatu perkara terhadap yang lainnya dalam hukum syara’ karena terdapat kesamaan ‘illat (sebab) di antara, yaitu terdapat kesamaan dalam perkara yang mendorong adanya hukum syara’ bagi keduanya. Seperti menganalogikan zakat propesi (gaji) kepada zakat pertanian sehingga gaji profesi dikeluarkan zakatnya sesuai perhitungan zakat pertanian.
A. Mengenal Hakekat Islam
Islam merupakan agama terakhir yang diturunkan Allah swt kepada Nabi Muhammad bin Abdullah saw. Sebagai agama samawi yang terakhir, Islam hadir sebagai agama yang berlaku sepanjang zaman dan di setiap waktu dan tempat. Ajarannya sempurna dan menyempurnakan. Sempurna karena mencakup segala aspek kehidupan, dan menyempurnakan agama samawi yang telah datang sebelumnya. Islam adalah agama yang universal. Ajarannya integratif antara satu dengan yang lainnya, seimbang secara proporsional, dan tidak memisahkan urasan duniawi dengan urusan ukhrawi.
وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Q.S. Al-Qashas : 77

1. Makna Islam
a. Lafadz (kata) Islam Dalam Al-Quran
Kata Islam berasal dari bahasa Arab aslama – yaslimu – islaman. Secara lafziyah (kata), Al-Quran menyebutkannya di beberapa tempat dengan arti yang berbeda ;

1. Menundukkan wajah. Q.S. An-Nisa (4) ayat 125.

وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا
Artinya : Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menundukkan wajahnya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.

Abu Ja’far At-Thabary menafsirkan ayat ini dengan indah bahwa, siapakah yang paling baik jalannya, dan paling lurus tuntunannya selain orang yang menundukkan wajahnya sebagai wujud penyerahan diri kepada Allah, ia terpimpin kepada-Nya di dalam ketaatan, membenarkan Nabi Allah Muhammad saw serta apa yang dibawa dari Tuhannya. Senantiasa mengerjakan apa yang diperintahkan Tuhannya, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram (At-Thabary, 2000 : 98)

2. Berserah Diri. Q.S. Ali Imran (3) : 83
أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
Artinya : Apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, Padahal kepada-Nya-lah
menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.

3. Suci/bersih. Q.S. As-Syu’ara (26) : 88-89
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ * إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Artinya : hari (akhirat) tiada lagi bermanfaat harta dan anak-anak. Kecuali siapa yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih

4. Selamat Sejahtera. Q.S. Al-An’am (6) : 54
َإِذَا جَاءَكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِآَيَاتِنَا فَقُلْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ
Artinya : Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu data kepadamu, Maka katakanlah: "Salaamun alaikum[Mudah-mudahan Allah melimpahkan Kesejahteraan atas kamu. Tuhanmu telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang

5. Kedamaian. Q.S. Muhammad (47) : 35
فَلَا تَهِنُوا وَتَدْعُوا إِلَى السَّلْمِ وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ وَاللَّهُ مَعَكُمْ وَلَنْ يَتِرَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
Artinya : Janganlah kamu lemah dan minta damai Padahal kamulah yang di atas dan
Allah pun bersamamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amalmu.

Dari kelima arti lafziyah Islam ini, dapat dipahami bahwa kata Islam selalu bermakna kebaikan. Yaitu kebaikan yang agung karena bersifat universal. Tidak hanya untuk dinikmati diri pribadi seseorang, tetapi juga diperuntukkan untuk orang. Kebaikan tersebut bukan hanya untuk komunitas dan kelompok tertentu, tetapi kepada seluruh ummat manusia. Inilah arti kebaikan yang rahmatan lil ‘alamin (kasih sayang untuk seluruh alam).
Lima arti Islam ini merepresentasikan nilai-nilai keshalehan yang sempurna yang mencakup keshalehan sosial dan keshalehan individu secara integratif. Di satu sisi Islam mengajarkan kepada kita arti penting kepasrahan dan ketundukan kepada Yang Maha Berkehendak, kepasrahan yang tiada daya dan kekuatan selain kekuatan-Nya. Dengan ketundukan dan penyerahan diri secara bulat kepada Allah akan membawa kepada kedamaian hati dan ketenteraman jiwa. Pada sisi yang lain menekankan pentingnya menjaga kebersamaan sesama manusia dalam naungan damai dan kecintaan. Menciptakan keselamatan secara menyeluruh.
b. Islam menurut Hadits Rasulullah saw
Menyelami samudra hadits yang begitu luas, ada beberapa hadits yang mengetengahkan pengertian Islam, di antaranya ;
Pertama; Islam adalah salah lima waktu. hadits dari Talhah bin Abuidillah berkata; seseorang (laki-laki) datang kepada Rasulullah saw dan bertanya tentang Islam. Lantas Rasulullah saw mengatakan bahwa Islam itu adalah shalat lima waktu siang dan malam. Ia ditanya, apakah ada selainnya ?. Ia menjawab; tidak ! kecuali kamu menunaikan yang sunnat dan beliau juga menyebutkan kepadanya zakat. Laki-laki bertanya lagi, apakah ada selain hal itu? Beliau menjawab; tidak ada kecuali kamu menunaikan yang sunnat. Rasulullah kemudian meninggalkannya dan berkata; aku tidak akan menambah dan menguranginya lagi, maka beruntunglah orang yang menpercayainya. Hadits riwayat imam enam kecuali Tirmizy.
Kedua. Mua’wiyah bin Haedah pernah berkata : sesungguhnya aku bertanya kepadamu dengan wajah Allah dengan apa Allah mengutusmu kepada kami? Beliau berkata; dengan Islam. Aku bertanya lagi; dan apa tanda-tanda Islam? Beliau berkata ; kamu katakan! Aku menyerahkan diri kepada Allah semata, menunaikan shalat, mengeluarkan zakat, ......Hadits riwayat An-Nasay.
Ketiga. Dari Abdullah bin Umar menyebutkan bahwa Malaikat Jibril datang bertanya kepada Rasulullah tentang Islam, maka beliau menjawab Islam itu adalah bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, menunaikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa di bulan ramadhan, dan berhaji bagi yang mampu.
Dari ketiga hadits tersebut, hadits ketiga mencakup secara keseluruhan makna Islam. Hadits inilah juga menjadi dalil rukun Islam.
Dengan demikian dapat dipahami bahwasanya Islam adalah agama yang mengajarkan kebenaran, mengajarkan kebaikan dan keindahan yang berdasarkan al-Quran dan sunnah rasulullah saw. Islam adalah agama yang menentang kedzaliman, penyimpangan, penindasan, kekerasan, dan segalah bentuk kejahiliyahan (kebodohan). Islam menentang segala bentuk kejahiliyahan yang terjadi di masyarakat.
Ketika Abu Dzar al-Ghifari, salah seorang sahabat Rasulullah saw melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan Islam, ia ditegur dengan keras oleh Rasulullah saw, : “sesungguhnya pada perbuatanmu itu adalah kejahiliyahan”. Sekecil apapun dari perbuatan manusia jika bertentangan dengan Islam dapat dikategorikan sebagai perbuatan jahiliyah.

Sebab itu dapatlah dikatakan bahwa Islam adalah gabungan dari ayat-ayat Al-Quran, hadits Nabi dan nash nash yang ditafsirkan oleh akal pikiran melalui batasan bahasa dan kaidah-kaidahnya
2. Universalitas Islam (syumuliatul Islam)
Menurut Abu A’la Al-Maududi dalam bukunya Cara Hidup Islam (tt:3) menggambarkan bahwa ciri utama ajaran Islam tidak membenarkan suatu pertentangan dan juga pemisahan antara kehidupan ruhani dengan kehidupan duniawi. Islam tidak membatasi dirinya untuk membina ketinggian kerohanian dan akhlaq semata. Sesungguhnya ruang lingkup yang dikemukakannya mencakup semua bidang kehidupan manusia.
Universalitas artinya mencakup segala aspek dan urusan kehidupan manusia. Islam tidak hanya berbicara tentang akhirat, tetapi juga tentang dunia. Islam tidak hanya berbicara dimensi ruhiyah semata sehingga ia terbang kelangit sana, tetapi juga berbicara tentang realitas dan berpijak di bumi. Islam berbicara tentang hubungan hamba dengan Tuhannya, juga hubungannya dengan sesama hamba Allah. islam berbicara tentang ibadah mahdhah seperti shalat, puasa ataupun zakat juga berbicara tentang ekonomi, sosial, maupun politik.
Universalias merupakan salah satu karakter Islam yang sangat istimewa jika dibandingkan dengan syariat agama dan tatanan buatan manusia. Realitas Islam telah adalah bukti. Baik teori maupun prakteknya telah menunjukkan semua itu. Tiada keraguan di dalamnya sebagai petunjuk, furqan (pembeda antara hak dan bathil), penawar, dan rahmat. Tiada seorang pun yang meragukannya kecuali orang yang ingkar, sombong, atau mereka yang tidak memahami Islam dengan pemahaman benar sebagaimana islam diturunkan dan diamalkan oleh generasi terbaik.
Universalitas Islam berarti memiliki jangkauan yang panjang sehingga berlaku sepanjang zaman. Mempunyai jangkauan yang sangat lebar sehingga berlaku bagi seluruh ummat. Dan jangkauan yang sangat dalam sehingga mencakup seluruh urusan dunia dan akhirat. Maka sebagai sistem yang universal, Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan ummat, akhlaq dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan sumber daya alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana ia adalah aqidah yang lurus dan ibadah benar tidak kurang dan tidak lebih (Al-Wasyli, 2001 :33).
Al-Quran sebagai referensi utama dan pertama syariat Islam, di dalamnya termaktub ayata-ayat yang berbicara secara global kehidupan manusia dalam segala aspeknya. Beberapa aspek tersebut tergambar pada ayat-ayat berikut ;
1. Islam sebagai negara dan berbicara tentang kenegaraan, dengan adanya perintah untuk selalu bermusyawarah (Q.S. 3 : 159). Selain itu mizan (neraca)yang termaktub dalam al-Quran memberikan isyarat untuk berlaku adil antar sesama manusia dalam memberlakukan hukum hukum padanya.
2. Islam berbicara kepemimpinan dengan diperintahkannya mengikuti pemimpin (Q.S. 4 : 59).
3. Islam adalah ekonomi dan berbicara tentang perokonomian (Q.S. Al-Baqarah :
4. Islam adalah kasih sayang dan rahmat (Q.S. Ghafir : 7)
5. Islam dan hubungan dengan non-Muslim (Q.S. Al-Mumtahanah : 8)
6. Islam dan utang piutang (Q.S. Al-Baqarah : 282)
7. Islam berbicara masa menyusui (Q.S. Al-Baqarah : 232)
8. Islam berbicara tentang wanita haid (Q.S. Al-Baqarah :222) dll.

Sayyid Hawwa (1987 :10) merincikan universalitas Islam sebagai berikut :
• Islam adalah aqidah yang tergambar dalam dua kalimat syahadat dan rukun Iman yang enam.
• Islam adalah ibadah yang tergambar dalam shalat, zakat, puasa, dan haji. Islam adalah
• Bahwasanya Islam adalah bangunan yang berdiri di atas kedua pondasi (aqidah dan ibadah). Bangunan itu adalah manhaj (konsep) hidup menurut Islam. Seperti konsep politik, konsep ekonomi, konsep moral, konsep kemiliteran, konsep sosial dsb.
• Dan Bahwasanya Islam memiliki penopang sebagai jalan untuk bisa menunaikan Islam. Seperti jihad, amar ma’ruf nahi mungkar.


Islam Penopang Jihad, Amar maruf dan nahi mungkar, hukum
Bina (bangunan) Konsep hidup Konsep politik, ekonomi, sosial, moral, militer, pendidikan, budaya dsb.
Arkan (landasan) Ibadah Shalat, puasa, zakat, dan haji
Aqidah Dua kalimat syahadat dan enam rukun Iman

3. Sumber Utama Ajaran Islam
Sumber (referensi) tertinggi dalam Islam dibatasi oleh dua sumber ilahi yang ma’sum. Yaitu al-Quran dan sunnah Nabi saw. Keduanya bersumber dari satu sumber dan satu rujukan, yakni wahyu Ilahi, baik berupa wahyu yang jelas dan terbaca yakni al-Quran ataupun wahyu yang tidak jelas dan tidak terbaca yakni sunnah Rasulullah saw (Qardhawi, 1997 : 7).
Islam dipahami dan diamalkan dari kedua sumber utama ini. Kitab suci Al-Quran yang memuat firman Allah swt, dan hadits yang memuat sunnah rasulullah saw. Keduanya wajib menjadi bagian dari diri dalam menjalani hidup. Keselamatan dan hidup di dunia dan diakhirat adalah dengan berpegang teguh kepada keduanya, dan ketersesatan menanti di hadapan perjalan hidup kita jika tidak mengabaikan dan tidak mengindahkan tuntunan-tuntunannya.
Disamping keduanya sebagai referensi utama ummat manusia dan petunjuk dalam menjalani kehidupan, Allah swt melengkapi manusia dengan akal sebagai alat utama dalam mengelola hidupnya. Aqal adalah alat menghasilkan rayu (pendapat). Dalam Islam akal menjadi komponen penting dalam melaksanakan syariat. Semua hukum Islam dilaksanakan, syarat utamanya adalah berakal. Dengan akal, manusia menafsirkan al-Quran dan hadits nabi, memberikan penjelasan, dan kemudian mengambil kesimpulan hukum.
Sumber utama ajaran Islam terumuskan dalam satu hadits yang memberitakan dialog Rasulullah saw dengan Muaz bin Jabal.
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا أَرَادَ أَنْ يَبْعَثَ مُعَاذًا إِلَى الْيَمَنِ قَالَ كَيْفَ تَقْضِي إِذَا عَرَضَ لَكَ قَضَاءٌ قَالَ أَقْضِي بِكِتَابِ اللَّهِ قَالَ فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فِي كِتَابِ اللَّهِ قَالَ فَبِسُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فِي سُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا فِي كِتَابِ اللَّهِ قَالَ أَجْتَهِدُ رَأْيِي (رواه ابو داود)
Artinya : Ketika Rasulullah saw akan mengutus Muaz ke Yaman, Nabi bertanya kepadanya; “bagaimana cara kamu menyelesaikan jika menghadapi suatu masalah?” ia menjawab; “aku selesaikan dengan kitab Allah”. Nabi berkata “Jika kamu tidak menemukan di dalam kitab Allah ?”. ia menjawab, “maka dengan sunnah Rasulullah saw”. Nabi berkata, “jika kamu tidak menemukan di dalam sunnah dan juga tidak ada di dalam kitab Allah?”. ia menjawab, “aku akan berijtihad dengan pendapatku”
Penjelasan hadits di atas memberikan gambaran yang jelas bahwa Islam tidak bisa dilepaskan dari al-Quran, sunnah Nabi dan ra’yu (pendapat) akal. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa Islam bersumber dari dua referensi dan sumber pokok; 1). Sumber ilahi yang ma’sum yaitu al-Quran dan sunnah Nabi. 2). Sumber olahan akal sehat manusia yang menghasilkan pendapat.
Dari kedua sumber pokok ini kemudian ulama fiqh menetapkan empat sumber utama ajaran Islam yang disepakati; al-Quran, sunnah, ijma (konsensus) dan qiyas (analogi).
1. Al-Quran : adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui perantaraan malaikat Jibril, dinukil (sampai) hingga kepada kita secara mutawatir (pasti kebenarannya). Dengan membacanya adalah ibadah, dimulai dengan surat al-fatihah dan diakhiri dengan surat an-nnas.
Al-Quran adalah kitab suci yang terakhir diturunkan Allah kepada ummat manusia. ia merupakan kitab suci bagi ummat Islam. diturunkan selama lebih dari 22 tahun di dua periode; periode Mekkah dan periode Madinah. Ia terdiri dari 114 surat, 30 juz, dan 6665 ayat.
2. Sunnah Nabi. Sunnah sering juga disebut dengan hadits: yaitu apa yang disandarkan kepada Rasulullah saw dari perkataan, perbuatan, dan ketetapan beliau, termasuk sifat dan hal ihwalnya.
3. Ijma (konsensus): yakni tekad bulat untuk melaksanakan sesuatu atau kesepakatan bersama atas sesuatu hukum atau peristiwa. Seperti kesepakatan sahabat membukukan ayat suci al-Quran pada masa khalifah Abu Bakar r.a. yang belum dilakukan pada masa Rasulullah saw.
4. Qiyas (analogi); menyertakan suatu perkara terhadap yang lainnya dalam hukum syara’ karena terdapat kesamaan ‘illat (sebab) di antara, yaitu terdapat kesamaan dalam perkara yang mendorong adanya hukum syara’ bagi keduanya. Seperti menganalogikan zakat propesi (gaji) kepada zakat pertanian sehingga gaji profesi dikeluarkan zakatnya sesuai perhitungan zakat pertanian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar